Combiphar Lakukan Efisiensi Siasati Pelemahan Rupiah - News
Laporan Wartawan News, Eko Sutriyanto
News, JAKARTA - Produsen obatan-obatan dan farmasi paling meraskaan dampak pelemahan rupiah. Karena selama ini mereka harus membeli bahan baku impor menggunakan dolar Amerika Serikat, sementara tak bisa menaikkan harga obat.
"Hampir 95 persen bahan baku impor sehingga terimbas melemahnya rupiah. Di sisi lain perusahaan juga tidak bisa sembarangan menaikkan harga," kata Presiden Direktur PT Combiphar, Michael Wanandi di Jakarta, Kamis (20/8/2015).
Langkah satu-satunya yang diambil Combiphar adalah meningkatkan produksi serta melakukan efisiensi di segala lini. "Kita akan melakukan sambil menunggu ekonomi kembali membaik," beber dia.
Michael meyakini kondisi ekonomi Indonesia akan membaik. Optimisme ini diwujudkan Combiphar yang tengah menyiapkan investasi untuk pembangunan pabrik biosimilar. "Nilainya 15 juta dolar Amerika Serikat di kawasan industri Jababeka," lanjut Michael.
Pabrik biosimilar ini nantinya akan memproduksi obat-obatan nonkimia, seperti memproduksi vaksin. Selain itu, Combiphar akan melakukan peremajaan dan penataan kembali pabrik di Padalarang, Jawa Barat.
Seiring pembangunan, penataan pabriknya, Michael menyebut pihaknya akan memproduksi suplemen dan nutrisi sebagai antisipasi semakin tingginya kesadaran hidup sehat di masyarakat.
"Suplemen dan nutrisi untuk mencegah penyakit degeneratif seperti jantung, kolesterol, hypertensi, diabetes," kata dia sambil berharap fasilitas produksinya rampung secara bertahap pada kuartal IV pada 2015 sampai dengan kuartal I pada 2016.
Terkini Lainnya
Gejolak Rupiah
Combiphar akan meningkatkan produksi dan melakukan efesiensi di segala ini menyiasati menguatnya dolar Amerika Serikat atas rupiah.
Presiden Jokowi Setujui Perpanjangan Program Gas Murah untuk Industri, Sektornya Akan Ditambah
BERITA TERKINI
berita POPULER
BTN: Spin-Off Unit Usaha Syariah Rampung di Semester I Tahun Depan
Soal Bea Masuk Produk Impor, Kemendag Libatkan KPPI dan KADI Selidiki Industri yang Terancam Ambruk
Said Iqbal: Prabowo Subianto Jangan Bikin Utang Baru, yang Jatuh Tempo Sudah Rp 800 Triliun
Mengenal Permenaker Nomor 5 Tahun 2024 tentang Sistem Informasi Pasar Kerja
5 Juta Buruh Akan Mogok Nasional Jika MK Tak Kabulkan Gugatan UU Cipta Kerja