androidvodic.com

Pemicu Jatuhnya Lion Air JT610, Menhub Enggan Tanggapi Bocoran di Artikel Wall Street Journal - News

Laporan Wartawan News, Ria Anatasia

News, JAKARTA - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi enggan mengomentari pemberitaan Wall Street Journal mengenai hasil investigasi terhadap kecelakaan Lion Air tipe Boeng 737 Max nomor penerbangan JT610 di perairan Karawang, Jawa Barat, pada 29 Oktober 2018.

Budi mengatakan, pihaknya masih menunggu laporan resmi dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).

"Belum, (laporan KNKT) lagi dibahas,  difinalisasi. Nanti kita tunggu laporan KNKT, takut simpang siur saya di sini ngomong apa di sina apa," kata Budi saat ditemui di Aryaduta Hotel, Jakarta, Selasa (24/9/2019).

Budi menjelaskan, sejauh ini salah satu penyebab atas kecelakaan itu ialah kesalahan sistem IT di pesawat Boeing 737 Max. Hal tersebut juga telah diakui pabrikan pesawat asal Amerika Serikat itu.

Baca: Rumah Mewah Nia Ramadhani Halamannya Seluas Lapangan Bola, Ada Perosotan di Kamar Anak

Mengenai dugaan adanya kesalahan konstruksi pesawat hingga kesalahan pilot seperti yang diberitakan Wall Street Journal, Budi enggan memberi komentar. 

Budi menyatakan tidak bisa memastikan hingga kapan pesawat jenis Boeing 737 Max dilarang terbang atau grounded.

Baca: Mengintip Rumah Wah Anang dan Ashanty di Cinere yang Dijual, Semewah Apa Coba?

Pihaknya masih menunggu sikap dari Federal Aviation Administration (FAA) hingga otoritas penerbangan Eropa.

Baca: Warganet Tertawa, Iwan Fals Mencuit Minta Link di Viral Video Panas PNS Jabar

"Soal grounded tergatung evaluasi yang dilakukan oleh beberapa pihak kita. Selain melakukan evaluasi, kita juga menunggu dari FAA dan Euro, jadi netral dari AS dan Eropa," ujarnya.

Sebelumnya, Wall Street Journal (WSJ) edisi Minggu (22/9/2019) membocorkan intisari hasil investigasi KNKT terhadap kecelakaan Lion Air JT 610 pada 29 Oktober 2018 lalu.

Kesimpulan laporan penyelidikan otoritas Indonesia di bawah supervisi Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menurut WSJ adalah kesalahan konstruksi pesawat dan beberapa kesalahan pilot menangani insiden itu.

Egin Nasution (kanan), anak bungsu Capt Muas Efendi Nasution menangis saat jenazah tiba di rumah duka, di Jalan Marelan, Kompleks Griya Bestari Permai, Medan, Sumatera Utara, Sabtu (10/11/2018). Capt Muas Efendi Nasution merupakan salah satu penumpang pesawat Lion Air JT610 yang jatuh di perairan Tanjung Karawang, yang telah teridentifikasi. TRIBUN MEDAN/DANIL SIREGAR
Egin Nasution (kanan), anak bungsu Capt Muas Efendi Nasution menangis saat jenazah tiba di rumah duka, di Jalan Marelan, Kompleks Griya Bestari Permai, Medan, Sumatera Utara, Sabtu (10/11/2018). Capt Muas Efendi Nasution merupakan salah satu penumpang pesawat Lion Air JT610 yang jatuh di perairan Tanjung Karawang, yang telah teridentifikasi. TRIBUN MEDAN/DANIL SIREGAR (TRIBUN MEDAN/DANIL SIREGAR)

WSJ menulis, temuan penyelidik Indonesia sudah dibagikan kepada Administrasi AS, FAA, dan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional, NTSB.

Para pejabat AS dijadwalkan mengunjungi Indonesia pada akhir September untuk membahas laporan tersebut.

Baca: Penuturan Meisya Siregar, Pernah Pegang Tangan Mantan Suami yang Sakit di Depan Bebi Romeo

Pihak Boeing dan FAA diberitakan khawatir dengan kesimpulan dari Indonesia, yang "terlalu menekankan desain dan sertifikasi FAA adalah langkah yang salah," kata WSJ.

Karena kalau itu kesimpulannya, Boeing kemungkinan besar menghadapi gugatan jutaan dolar dari keluarga korban.

Boeing sebelumnya membantah kesalahan konstruksi dan mengatakan bahwa jatuhnya pesawat itu adalah karena "kesalahan pilot."

Juru bicara Boeing kepada kantor berita AFP secara diplomatis menyatakan dengan kalimat  "Boeing akan terus mendukung penyelidikan ketika laporan kecelakaan sedang diselesaikan."

Sedangkan pihak FAA dan NTSB menolak berkomentar.

"NTSB mengatakan sedang mempersiapkan pengumuman hasil pemeriksaan mereka sekitar akhir bulan, sekaligus rekomendasi untuk meningkatkan pelatihan pilot dan kru, dan untuk proses sertifikasi FAA," tulis WSJ.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat