androidvodic.com

Covid-19 Bisa Picu Resesi Ekonomi Dunia, Kemenkop dan UKM Diminta Siapkan Strategi Baru - News

Laporan Reporter Tribunnews, Eko Sutriyanto

News, JAKARTA - Guru Besar Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Gajah Mada (FEB UGM) Prof Mudrajad Kuncoro, Ph.D ini mengatakan, ancaman Covid-19 bisa memicu resesi.

Tidak hanya di Indonesia, diprediksi resesi semua negara di dunia.

Khusus di Indonesia, indikator menuju resesi dapat dilihat dengan nyata, mulai dari kurs harian rupiah pada 21 Mei 1998-8 Juli 2020 mengalami depresiasi.

Kurs rupiah di era Presiden Jokowi terdepresiasi 20,09 persen, lebih tinggi daripada era SBY (3,3-6,06 persen), tapi lebih rendah daripada era Gus Dur (57,15 persen).

Di era Megawati rupiah malah mengalami apresiasi 14,5 persen, juga di era Habibie Rp menguat 38,12 persen.

Dampak Covid-19 menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan pertama 2020 anjlok menjadi 2,97% (yoy), bahkan sudah negatif 2,41 persen (qtq), padahal sejak 2014, Indonesia mampu tumbuh sekitar 5 persen," kata Mudrajad Kucoro saat Webinar Program MM Universitas Trilogi yang mengangkat tema, New Normal & Economic Recovery: Tantangan Akselerasi Kebijakan Strategis di Jakarta belum lama ini.

Rektor Universitas Trilogi ini mencatat penyebab kontraksi di triwulan kedua 2020, adalah pertama, tekanan besar perekonomian di hampir semua sektor lantaran kinerjanya lesu selama April-Mei.

Baca: Resesi Ekonomi di Depan Mata, Presiden Jokowi Diminta Tegas dan Cepat

Hal ini ditunjukkan dengan menurunnya+ penerimaan negara dari pajak yang terkontraksi 10,8 persen dibandingkan periode yang sama di tahun lalu dengan realisasi sebesar Rp 444,6 triliun.

Kedua, kata dia, kontraksi pertumbuhan ekonomi triwulan satu di 2020 sebesar -2,41 persen. Banyak sektor mengalami negative growth. 

Baca: Presiden: Dunia Sudah Masuk Resesi Ekonomi

Jasa pendidikan turun (-10,39%), diikuti administrasi pemerintahan, konstruksi, transportasi dan pergudangan, pengadaan listrik dan gas, penyediaan akomodasi dan makan minum, pertambangan dan penggalian.

"Terdapat tiga sektor utama penopang ekonomi Indonesia. Sumbangan sektor terbesar terhadap PDB selama 2014-2019 adalah, industri pengolahan (19-22%), perdagangan besar-eceran-reparasi mobil motor (13%), pertanian (12-13,6%). Sektor jasa keuangan dan asuransi hanya menyumbang sekitar 3,9-4,19%," jelasnya.

Baca: Menkeu Sri Mulyani: Kita Bisa Mengalami Resesi Jika Ekonomi Tumbuh Negatif di Kuartal II dan III

Mudrajad menegaskan, sampai ditemukan vaksin yang efektif, masyarakat dunia harus hidup berdamai dengan Covid-19 untuk beberapa waktu ke depan.

"WHO menyatakan bahwa kita harus hidup berdampingan dengan Covid-19. Mengapa? Karena ada potensi bahwa virus ini tidak akan segera menghilang dan tetap ada di tengah masyarakat. Berdampingan bukan berarti menyerah, tapi menyesuaikan diri," tandas mantan jurnalis Tempo yang bertugas di Eropa ini.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat