androidvodic.com

Sarang Burung Walet Asal Indonesia Kuasai Pasar China, Ekspor 2020 Tembus Rp 5,9 Triliun - News

Laporan Wartawan News, Fandi Permana

News, JAKARTA - Sarang burung walet asal Indonesia sangat digemari konsumen di China. Komoditi ini kini menguasai pasar di sana.

Duta Besar Indonesia Beijing, Djauhari Oratmangun. Menurut Djauhari, Indonesia merupakan penghasil sarang burung walet terbesar di dunia. Karena itu, ekspor sarang burung digencarkan ke Cina karena negara ini merupakan konsumen terbesar sarang burung walet secara global.

"Pemerintah Indonesia yakin produk sarang burung walet Indonesia akan terus merupakan salah satu produk ekspor unggulan Indonesia di Cina. Karena Cina merupakan konsumen global terbesar sarang burung walet," kata Djauhari dalam wawancara bersama News pada Selasa (9/3/2021).

Djauhari mengungkapkan, nilai ekspor sarang burung walet dari ke China sepanjang 2020 mencapai 413,6 juta dollar Amerika atau setara Rp 5,91 triliun.

Angka tersebut naik sebesar 88,05 persen dari periode tahun sebelumnya yang sebesar 219 juta dollar Amerika atau Rp 3,1 triliun. 

Baca juga: BPS: Sarang Burung Walet Sumbang Kenaikan Ekspor Pertanian 13,91 Persen

"Nilai ekspor sarang burung walet Indonesia berada di posisi pertama di China. Kita kuasai pasar mereka sebesar 75,6 Persen," tambahnya.

 Djauhari mengatakan, sudah ada 23 perusahaan Indonesia yang sudah terdaftar di China sebagai pemasok sarang burung walet.

Baca juga: Khasiat Sarang Burung Walet untuk Kulit Tetap Cantik saat New Normal

Untuk meningkatkan ekspor, saat ini KBRI di China juga tengah membantu 13 perusahaan lainnya untuk bisa terdaftar sebagai pemasok sarang burung walet di China.

"Apabila jumlah perusahaan Indonesia bertambah dari yang saat ini berjumlah 23 perusahaan menjadi lebih banyak, tentunya akan meningkatkan nilai ekspor sarang burung walet," papar Djauhari.

Djauhari mengklaim bahwa 13 perusahaan pemasok sarang burung walet ini telah melengkapi dokumen yang diminta oleh pihak otoritas China. Semua dokumen tersebut telah diaudit oleh otoritas China sejak Desember 2019.

Namun, proses audit tersebut sempat terhambat karena pandemi Covid-19 yang mewabah sejak Januari 2020.

Alhasil audit baru keluar satu tahun kemudian, yaitu Desember 2020.

Berdasarkan laporan dari hasil audit tersebut, Djauhari mengatakan ada beberapa dokumen yang harus diperbaiki. Pihak kedubes pun optimistis ke-13 perusahaan itu mampu menyelesaikannya dalam waktu singkat.

"Kalau sesuai prosedur telah dijalani, tinggal diperbaiki saja beberapa dokumen yang belum memenuhi syarat oleh otoritas China. Kami optimis ke-13 perusahaan itu bisa merampungkan dokumen itu dalam waktu singkat sehingga bisa meningkatkan nilai ekspor," tutup Djauhari. 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat