androidvodic.com

Pengamat: Perlu Audit Peralatan di Tangki Minyak Pertamina - News

Laporan Wartawan Tribunnews, Vincentius Jyestha

News, JAKARTA - Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional, Subholding Refining & Petrochemical Pertamina Djoko Priyono menyatakan penyebab kebakaran tangki BBM di kilang Balongan,Jawa Barat, beberapa waktu lalu adalah karena sabaran petir. 

Namun, pengamat energi Inas N Zubir berpendapat, awalnya penjelasan itu begitu meyakinkan karena didukung data dari alat deteksi petir Lightning Detection System (LDS), milik Puslitbang PLN dan dukungan data dari literatur dan studi LAPI ITB menyebut petir dapat merambat dalam radius 10 mil atau 16 km. 

Ketika itu, BMKG merevisi laporannya dan menyebutkan sepanjang pukul 23.00 hingga 01.00 WIB terdapat awan Cumulus yang membentuk awan hujan konvektif serta terjadi sambaran petir dalam radius 17 km dari area Kilang Balongan.

"Tapi keyakinan kita kemudian dibuat goyah, karena dalam penjelasan berikutnya muncul fakta bahwa ditemukan kebocoran di sisi dinding atas tangki BBM tersebut ketika sedang dilaksanakan proses batching produk Pertalite (RON 90) yang diblending dengan naphtha," ujarnya.

Baca juga: Kebakaran Kilang Minyak Balongan Tak Ditemukan Unsur Kesengajaan, Diduga Karena Faktor Alam

"Kemudian proses ini dihentikan lalu dilakukanlah transfer minyak dari tangki BBM yang bocor ke tangki lain-nya, dan kemudian kebocoran tersebut tersambar petir," ujar Inas, dalam keterangannya, Rabu (6/10/2021). 

Baca juga: Tangki di Kilang Cilacap Terbakar, Anggota Komisi VII: Pertamina Tak Belajar dari Kasus Balongan

Inas menyebut tangki BBM atau tangki minyak, sangat mungkin tersambar petir, seperti halnya juga pesawat terbang yang bisa tersambar petir. 

Tapi persoalannya adalah kesiapan teknologi dan peralatan untuk mengatasi resiko tersambar petir tersebut harus optimal karena menyangkut keselamatan manusia dan aset perusahaan. 

Menurutnya, dalam 5 dasawarsa kecelakaan tangki minyak tersambar petir ada kurang lebih 50 kejadian dari jutaan tangki minyak di dunia.

Hal tersebut, kata dia, berarti sebagian besar tangki minyak yang ada di dunia sudah dilengkapi dengan teknologi penangkal petir yang sangat mumpuni sehingga mampu lolos dari sambaran petir.

Inas mempertanyakan bagaimana dengan teknologi penangkal petir untuk mengamankan tangki-tangki minyak di kilang Balongan. Karena setelah kejadian itu, Pertamina baru berencana memasang 124 alat lightning protection system (LPS) agar kejadian serupa tak terulang kembali. 

"Jika 124 LPS ini baru akan dipasang, lalu kita bertanya-tanya tentang teknologi peralatan penangkal petir yang existing. Apakah cukup handal? Jika Pertamina meyakini bahwa teknologi penangkal petir kilang Balongan cukup handal, tentunya harus berdasarkan equipment/asset auditing atau semacamnya bukan? Nah, itu apakah ada?" ujarnya.

Wakil Ketua Komisi VI DPR RI periode 2017-2019 itu juga mempertanyakan apakah ketika spin off kilang Balongan ke PT. Kilang Pertamina Internasional sudah dilakukan equipment auditing atau semacamnya oleh manajemen yang baru. 

"Hal ini penting agar manajemen baru memahami kondisi peralatan kerja yang menjadi tulang punggung perusahaan, dimana salah satu manfaatnya adalah dapat mengidentifikasi dan memitigasi penyebab terjadinya suatu kecelakaan," ucapnya. 

" kilang Balongan dan kebakaran di kilang Balikpapan adalah pengalaman yang sangat berharga untuk Pertamina dan apabila Pertamina belum memiliki program equipment auditing terhadap tangki-tangki minyak-nya, maka tidak salah jika memulainya dari sekarang," tandasnya. 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat