androidvodic.com

Omicron Kembali Berulah, Bursa Saham Esok Diprediksi Bakalan Kembali Terperosok - News

News, JAKARTA -- Anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di pasar saham Indonesia mengakhiri 'zona hijau' yang terjadi sejak Senin pekan lalu hingga Senin (13/12/2021) kemarin.

Pada Selasa (14/12/2021) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jatuh 0,71% ke level 6.615,64.

Investor asing sepanjang perdagangan Selasa tadi, mencatatkan net sell, yakni sebesar Rp 209,22 miliar di pasar reguler.

Analis Indo Premier Sekuritas Mino menilai, penurunan IHSG disebabkan oleh melemahnya indeks di bursa saham Amerika Serikat seiring kembali munculnya kekhawatiran investor akan dampak negatif varian omicron dan sikap hati-hati investor menunggu hasil rapat The Fed.

Baca juga: IHSG Tumbang 47,23 Poin ke 6.615,64 Setelah Perkasa Enam Hari Berturut-turut

Pelemahan beberapa harga komoditas juga turut menjadi tambahan sentimen negatif di pasar.

Untuk perdagangan Rabu (15/12), Mino memprediksi, IHSG akan kembali melemah dengan support di 6.585 dan resistance 6.650.

"Sentimennya masih terkait sikap investor yang menunggu hasil rapat The Fed yang diproyeksikan akan mempercepat program pengurangan pembelian obligasi," kata Mino saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (14/12).

Bernada serupa, Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan juga memperkirakan IHSG akan lanjut terkoreksi pada perdagangan esok hari.

Baca juga: Analis: Reuni 212 Tak Pengaruhi Laju IHSG

Menurut Valdy, IHSG berpotensi menguji level psikologis 6.600 hingga support 6.580 dengan resistance 6.650.

Secara teknikal, IHSG membentuk pola evening star yang diikuti terbentuknya death cross pada indikator Stochastic RSI yang menjadi sinyal awal minor bearish reversal.

IHSG juga dibayangi berlanjutnya net sell investor asing pada Selasa (14/12).

"Pergerakan IHSG tersebut dipengaruhi oleh sikap wait and see pelaku pasar jelang pengumuman hasil FOMC The Fed pada Kamis (16/12) dini hari WIB," tutur Valdy.

Menurutnya, pelaku pasar mengantisipasi pengumuman pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif oleh The Fed. Hal tersebut ditunjukkan oleh kenaikan Indonesia 10-year Bond Yield sebesar 0,72% sejak awal pekan ini.

Di sisi lain, proyeksi surplus Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekspor yang masih cukup tinggi (+44% yoy) dapat meredam sentimen negatif dari The Fed.

Proyeksi tersebut sejalan dengan perkiraan kenaikan pertumbuhan industrial production di China ke 3,6% yoy di November 2021 dari 3,5% yoy di Oktober 2021.

Untuk perdagangan Rabu (15/12), Valdy menyarankan pelaku pasar untuk mencermati saham ITMG, PTBA, SSMS, TLKM, ACES, IRRA, KLBF, dan PSSI.

Sementara Mino merekomendasikan investor untuk memperhatikan INTP, ACES, AKRA, dan PTBA.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat