androidvodic.com

Mantan Menteri KLH Sony Keraf: Ekonomi Sirkular Kunci Lestarikan Bumi - News

Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin

News, JAKARTA - Perubahan iklim berdampak sangat luas pada kehidupan masyarakat termasuk mempengaruhi berbagai aspek pada perubahan alam dan kehidupan manusia, seperti kualitas dan kuantitas air, habitat, hutan, kesehatan, lahan pertanian dan ekosistem wilayah pesisir.

Kondisi ini juga mendorong banyak pelaku usaha menjalankan bisnis yang berkelanjutan dengan menjalankan bisnis yang ramah lingkungan dan memiliki komitmen terhadap pemberdayaan masyarakat.

Bisnis berkelanjutan menggunakan berbagai pendekatan, diantaranya Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan Environment, Social, and Governance (ESG).

Baca juga: Masyarakat Didorong Selamatkan Bumi dengan Ekonomi Sirkular

Pemerhati lingkungan, Dr Alexander Sonny Keraf, menyampaikan, isu yang berkembang saat ini bukan hanya perubahan iklim, tapi juga dampak lingkungan dari aktivitas ekonomi sejak revolusi industri.

Pasalnya, sejak revolusi industri terjadi, sebagian besar industri menggunakan energi fosil sebagai penggerak operasi perusahaan.

Menurut mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup ini, ada empat imbas dari revolusi industri yakni berupa pencemaran baik udara, air, lahan, lalu kerusakan lingkungan seperti hutan hingga kerusakan lapisan ozon.

“Ketiga adalah kepunahan aneka ragam hayati baik flora dan fauna yang merupakan sumber pangan dan obat-obatan sekaligus rantai kehidupan. Barulah berikutnya yang keempat kita sebut sebagai pemanasan global dan perubahan iklim dengan dampaknya yang dahsyat termasuk berkembang biaknya penyakit lama maupun penyakit baru,” ujarnya dalam keterangan pers tertulis, Senin (30/5/2022).

Dia mengatakan, salah satu solusi yang bisa dilakukan oleh para pelaku usaha, adalah menjalankan konsep ekonomi sirkular, model industri baru yang berfokus pada reducing, reusing, dan recycling yang mengarah pada pengurangan konsumsi sumber daya primer dan produksi limbah.

Salah satu contoh di ekonomi sirkular yang berkembang, lanjut Sonny, adalah penerapan extended producer responsibility, atau tanggung jawab produsen yang lebih luas, khususnya menyangkut sampah atau limbah. Selama ini telah terjadi salah kaprah karena menganggap sampah merupakan tanggung jawab konsumen. Sehingga masyarakat konsumen lah yang didesak untuk memilah, mengumpulkan, dan membuang sampah di tempatnya.

“Kita lupa bahwa sampah itu sumbernya dari produsen juga, khususnya sampah industri atau sampah kebutuhan konsumsi, seperti botol dan kotak minuman kemasan. Maka dalam ekonomi sirkular, ada kewajiban produsen untuk mengelola sampahnya sejak awal, yaitu saat mendesain atau merancang
barang yang akan diproduksi. Kalau dia sudah merancangnya sejak awal, maka ia akan memilih bahan baku kemasan yang tidak akan menimbulkan sampah. Atau mereka akan bertanggung jawab untuk mengumpulkan kembali sampah plastik atau kardus yang menjadi sisa-sisa dari produksinya,” kata dia.

Baca juga: Praktik Sirkular Ekonomi Mampu Ciptakan Proses Produksi Ramah Lingkungan

Sonny Keraf adalah Ketua Dewan Juri ajang Indonesia Green & Sustainable Companies Award (IGSCA) 2022 yang diselenggarakan beberapa waktu lalu untuk mengapresiasi perusahaan yang telah menjalankan bisnis secara berkelanjutan.

Da menilai, telah tumbuh kesadaran pada pelaku industri di Tanah Air untuk tidak semata memikirkan profit, tapi juga planet dan people.

“Belum semua aspek bisnis berkelanjutan dan ekonomi sirkular dilakukan secara sempurna oleh produsen lokal. Tapi, memang ada komitmen dan upaya untuk melakukan proses-proses yang lebih hijau sifatnya,” paparnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat