androidvodic.com

Permintaan Rumput Laut Naik 4,8 Persen Per Tahun, KKP: Jadi Peluang Investasi - News

Laporan Wartawan News, Nitis Hawaroh

News, JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktur Perbenihan DJPB KKP, Nono Hartanto mengatakan, permintaan pasar dunia terhadap komoditas rumput laut rata-rata mengalami kenaikan 4,8 persen per tahun.

Hal itu disampaikan dalam acara Peluang Investasi Usaha Rumput Laut, di Gedung Mina Bahari IV, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta Pusat, Selasa (25/10/2022).

"Permintaan rumput laut terus menerus meningkat dari tahun ke tahun, jadi permintaan pasar meningkat 4,8 ratai setiap tahun. Kemudian Indonesia bisa sharing 15,8 persen pertahun," ujar Nono.

Nono menyampaikan, permintaan komoditas unggulan Indonesia itu, memiliki potensi pasar yang besar. Terlebih, produk turunan dari rumput laut cukup banyak.

Baca juga: Peringati 100 Tahun Berdirinya Balai Besar Keramik, Menperin Sebut Investasi dan Ekspor Terus Tumbuh

Dikatakan Nono, harga bahan baku rumput laut turut mengalami kenaikan, terhitung per bulan Maret 2022 sebesar Rp 18.000 hingga Agustus 2022 menjadi Rp 45.000.

"Terjadi di tahun 2022, dari di bulan Maret itu Rp 18.000 sampai di bulan Juli-Agustus sudah meningkat sampai Rp 45.000," tutur Nano.

"Jadi saya lihat ini adalah harga rumput laut yang tertinggi selama seumur hidup saya. Mungkin di Indonesia ini adalah tertinggi," sambungnya.

Lebih jauh, Nano menegaskan, Indonesia merupakan produsen rumput laut terbesar kedua setelah China. Kata dia, sebanyak 9 juta ton rumput laut dihasilkan oleh Indonesia.

Adapun lahan yang tersedia di Indonesia masih tersisa 11,5 juta hektar yang berpotensi mendatangkan investasi.

Direktur Perbenihan DJPB KKP, Nono Hartanto dalam acara Peluang Investasi
Direktur Perbenihan DJPB KKP, Nono Hartanto dalam acara Peluang Investasi Usaha Rumput Laut, di Gedung Mina Bahari IV, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta Pusat, Selasa (25/10/2022).

"Kita itu sebagai produsen rumput laut dunia nomor dua terbesar setelah China. Kita bisa mastikan sekitar 9 juta ton, China sekitar 18 juta ton, memang nomor dua. Tapi memang ada gap yang cukup besar," ucap dia.

"Lahan kita sudah teridentifikasi 12,3 juta hektare, tetapi yang dimanfaatkan baru 0,8 persen. Artinya masih terbuka peluang untuk bisa mengembangkan budidaya rumput laut," sambungnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat