androidvodic.com

Hadiri KTT B20, Presdir HM Sampoerna Dorong Pemberdayaan UMKM untuk Ketahanan Rantai Pasok Global - News

News - Di tengah terjadinya disrupsi global seperti pandemi, konflik antarnegara, serta peningkatan harga bahan pokok, setiap pihak perlu memastikan bahwa berbagai elemen rantai pasok dapat tetap beradaptasi dan pulih dengan cepat.

Maka itulah, pembahasan terkait ketahanan rantai pasokan menjadi salah topik utama pada diskusi panel ketiga di Konferensi Tingkat Tinggi B20 (B20 Summit) yang diselenggarakan oleh Task Force B20 untuk Investasi dan Perdagangan di Bali, Minggu (13/11/2022).

Sistem pemerintahan yang inklusif, melibatkan semua stakeholder untuk berinvestasi pada warganya, serta mempromosikan pertumbuhan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan kunci penting dalam mendorong strategi perkembangan di tengah berbagai tantangan yang ada.

Ketahanan UMKM sendiri merupakan hal yang krusial bagi pemulihan ekonomi global. Sektor UMKM mewakili 90 persen usaha dan lebih dari setengah lapangan pekerjaan di seluruh dunia. Sementara di negara berkembang, UMKM berkontribusi hingga 40 persen dari GDP. 

Menurut perkiraan Bank Dunia, 600 juta pekerjaan akan dibutuhkan pada tahun 2030 dalam rangka menyerap tenaga kerja global yang kian bertambah. Maka itu, mengintegrasikan UMKM ke dalam rantai pasokan global merupakan salah satu aspek penting untuk mendorong terwujudnya ketahanan yang inklusif.

HM Sampoerna dorong integrasi UMKM ke dalam rantai pasokan global

Pentingnya peranan UMKM di era disrupsi turut dirasakan oleh Indonesia, di mana kontribusi UMKM terhadap GDP mencapai angka 61 persen dengan kemampuannya untuk menyerap 97 persen dari total tenaga kerja.

Sejalan dengan hal tersebut, Presiden Direktur PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) Vassilis Gkatzelis menekankan pentingnya pemberdayaan UMKM dalam rangka membangun ekonomi yang inklusif. 

“Ekonomi inklusif harus mampu memberdayakan semua warga, baik produsen kecil hingga perusahaan besar, untuk mendorong perdagangan sebagai pusat pemulihan ekonomi dan membebaskan miliaran orang dari kemiskinan. Kebijakan pemerintah yang tepat sasaran untuk sektor UMKM pun akan lebih mendorong pertumbuhan sektor ini secara efektif,” ujarnya saat menghadiri diskusi panel B20 bertajuk “Membangun Ketahanan Rantai Pasok Nasional dan Regional untuk Mencegah Disrupsi Perdagangan”.

Vassilis menambahkan, akses yang inklusif diperlukan bagi UMKM untuk dapat tumbuh dalam hal perluasan pasar, pembiayaan, digitalisasi, serta peningkatan kapasitas pengelolaan bisnis. Akses terhadap perdagangan internasional dan investasi juga akan memberikan dampak positif bagi UMKM serta pada pertumbuhan ekonomi bangsa.

“Setiap pengambilan kebijakan di sektor UMKM harus diciptakan secara inklusif, berbasis fakta, dan mempertimbangkan semua aspek di lingkungan bisnis,” kata Vassilis.

Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya kolaborasi untuk dapat mewujudkan integrasi UMKM ke dalam rantai pasok dan rantai nilai global.

“Seluruh pemangku kepentingan perlu berkolaborasi untuk menjembatani kesenjangan dan memberdayakan UMKM lewat penyediaan akses ke sumber daya yang dibutuhkan dalam rangka mendongkrak pertumbuhan, membantu peningkatan bisnis, dan menghadirkan pengetahuan serta bantuan dalam adaptasi teknologi digital untuk mempromosikan inklusi UMKM di rantai pasokan dan rantai nilai global,” ujarnya.

Sebagai informasi, diskusi panel B20 yang dihadiri oleh Vasillis bertujuan untuk menemukan langkah terbaik dalam mendorong pemulihan ekonomi global serta ketahanan rantai pasokan.

Di bawah kepemimpinan Arif Rachmat, Task Force B20 untuk Investasi dan Perdagangan, bersama dengan seluruh pihak yang terlibat di bawah B20, telah mempersiapkan rekomendasi kebijakan serta program tindak lanjut sebagai komitmen serta inisiatif yang bertajuk B20 Inclusive Closed Loop Pledge.

Rekomendasi ini bertujuan untuk memberikan hasil yang konkret dalam rangka menangani disrupsi serta mengintegrasikan UMKM di pasar domestik, regional, dan global.

Melalui rekomendasi ini jugalah, Indonesia memiliki warisan sebagai pemegang kursi Presidensi G20 tahun 2022 yang menargetkan perkembangan transformasi digital, mendorong inklusivitas, serta memperluas akses UMKM di tengah persaingan agar dapat bersaing dan menjadi bagian dari rantai pasokan global.

SRC dan SETC, langkah HM Sampoerna dalam mendorong pemberdayaan UMKM

Pada B20 side event yang digelar Oktober lalu, Ketua B20 Shinta Kamdani menegaskan pentingnya ekonomi inklusif dalam menjawab tantangan global.

“Menciptakan dukungan untuk ekonomi inklusif dan memberdayakan UMKM serta kelompok ekonomi terpinggirkan adalah terobosan dari B20 Indonesia. Mempercepat transformasi ekonomi sesuai dengan prioritas nasional dan kondisi global menjadi hal yang penting, terutama untuk mendorong perdagangan dan investasi yang berkelanjutan,” ujarnya.

Menurutnya, membangun ketahanan rantai pasok yang adaptif dan responsif untuk menjawab tantangan-tantangan yang ada saat ini adalah hal yang perlu diprioritaskan. Terlebih, UMKM masih menghadapi berbagai tantangan seperti keterbatasan akses terhadap keuangan dan pasar serta ketidakmampuan bersaing dalam kompetisi yang makin ketat dengan perusahaan-perusahaan besar.

Sebagai bagian dari Task Force B20 untuk Investasi dan Perdagangan, Sampoerna mendukung penuh agenda forum B20 untuk memajukan pertumbuhan dan pemulihan ekonomi melalui pemberdayaan UMKM. Upaya tersebut telah dan terus dilaksanakan oleh Sampoerna lewat inisiatif keberlanjutannya.

“Sampoerna berfokus pada penciptaan nilai bagi ekosistem sebagai upaya untuk meningkatkan ketahanan rantai pasok. Salah satu contohnya, kami memberdayakan lebih dari 200.000 UMKM toko kelontong yang tersebar di seluruh Indonesia melalui Sampoerna Retail Community (SRC). 60 persen dari mereka adalah perempuan, dan usaha toko kelontong ialah sumber pendapatan utama bagi keluarga mereka. Melalui program tersebut, kami memberikan akses terhadap teknologi, pelatihan, dan peluang pengembangan bisnis bagi para toko kelontong,” kata Vassilis.

Selain itu, para anggota SRC juga diperkuat dengan dukungan digitalisasi dengan hadirnya aplikasi AYO SRC. Melalui aplikasi ini, Sampoerna sukses mendorong peningkatan daya saing UMKM, hingga pendapatan peritel tradisional yang menjadi anggota SRC rata-rata meningkat sekitar 50%.

Selain SRC, Sampoerna juga memiliki program SETC yang telah memberikan pelatihan kewirausahaan kepada lebih dari 64.000 peserta di seluruh Indonesia sejak berdiri pada tahun 2007. Melalui SETC, Sampoerna memperkuat para pelaku UMKM dengan berbagai pelatihan keterampilan seperti pengelolaan keuangan dan manajemen bisnis, hingga keterampilan digital.

Di kesempatan yang sama, Vassilis pun menegaskan kembali komitmen Sampoerna untuk mendukung pemerintah dalam memperluas akses serta meningkatkan daya saing UMKM.

“Sampoerna percaya bahwa keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya ditentukan oleh kinerja bisnis, tetapi juga dari kemampuan untuk memberikan kontribusi yang positif dan berkelanjutan kepada masyarakat luas,” pungkas Vassilis.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat