androidvodic.com

Sejumlah Mantan Pejabat Tinggi Negara Maju Takut-takuti Bahaya Resesi Ekonomi di 2023 - News

Laporan Wartawan News, Yanuar Riezqi Yovanda

News, JAKARTA -Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, berbagai rasa khawatir memasuki tahun baru 2023.

Hal ini terlihat dalam pekan sebelumnya yang di mana pergerakan pasar kian tidak menentu dan tingkat volatilitas kian bertambah.

"Kekhawatiran ini pun disampaikan dalam pertemuan American Economic Association yang diadakan di New Orleans tahun ini," ujar dia melalui risetnya, Senin (9/1/2023).

Baca juga: Ekonom Prediksi Resesi Inggris pada Tahun Ini Hampir Separah Rusia

Perekonomian dunia dikatakan akan sedang melakukan transisi menuju ke era yang lebih sulit, di mana tingkat suku bunga akan jauh lebih tinggi.

"Ditambah dengan ketegangan geopolitik semakin besar dan ketidakpastian semakin terasa. Tokoh-tokoh besar seperti mantan Menteri Keuangan Amerika Lawrence Summers, mantan Kepala Ekonomi IMF Kenneth Rogoff, dan mantan pembuat kebijakan Bank Sentral Inggris Kristin Forbes memberikan peringatan adanya bahaya yang nyata di depan kita pada tahun ini," katanya.

Para pelaku pasar dan investor serta para pembuat kebijakan akan dihadapkan dengan dunia yang di mana persaingan antara Amerika dan China akan semakin intensif, ditambah adanya ledakan utang jauh lebih berbahaya pada tahun ini.

"(Mantan Kepala Ekonomi IMF Kenneth) Rogoff menyampaikan, bahwa saat ini kita hidup di era yang penuh dengan kejutan dan akan berada di titik balik bagi perekonomian global," kata Nico.

Sejauh ini, lanjutnya, pelaku pasar dan investor berharap bahwa Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed mampu untuk mengatasi inflasi tanpa menyebabkan resesi.

Baca juga: Hadapi Resesi, Salesforce PHK 7.900 Tenaga Kerja dan Tutup Beberapa Kantornya

"Saat ini ada sesuatu yang menarik pemirsa, karena saat ini setiap data ekonomi yang keluar, semua akan tergantung persepsi pelaku pasar dan investor dalam menerima data ekonomi tersebut. Beberapa waktu yang lalu ketika data pengangguran di Amerika keluar dan mengalami penurunan, hal ini justru disambut negatif oleh pasar dengan pergerakan pasar yang mengalami penurunan," pungkasnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat