androidvodic.com

Arab Saudi dan Rusia akan Kembali Pangkas Pasokan Minyak di Tengah Perlambatan Ekonomi Global - News

Laporan Wartawan Tribunnews, Mikael Dafit Adi Prasetyo

News, LONDON – Arab Saudi dan Rusia mengumumkan akan kembali memangkas pasokan minyak di tengah perlambatan ekonomi global yang bergantung pada prospek permintaan energi.

Arab Saudi yang merupakan negara pengekspor minyak mentah terbesar di dunia mengatakan pihaknya akan memperpanjang pemotongan 1 juta barel per hari dalam produksi minyaknya hingga akhir Agustus.

"Pemotongan sukarela tambahan ini dilakukan untuk memperkuat upaya pencegahan yang dilakukan oleh negara-negara OPEC Plus dengan tujuan mendukung stabilitas dan keseimbangan pasar minyak," tulis Saudi Press Agency dalam sebuah laporan, mengutip sumber resmi di Kementerian Energi pada Senin (3/7/2023).

Baca juga: Harga Minyak Dunia Naik di Tengah Pelemahan Dolar AS

Sementara itu, Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan negaranya akan secara sukarela memangkas pasokan minyak sebesar 500.000 barel per hari pada Agustus mendatang.

Seusai pengumuman tersebut, harga minyak mentah Brent langsung melonjak 0,7 persen, diperdagangkan pada 76 dolar AS per barel. Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat juga naik 0,8 persen menjadi 71 dolar AS per barel.

Pemangkasan 1 Juta Barel OPEC Plus

Negara Teluk pertama kali mengumumkan pemotongan 1 juta barel setelah pertemuan pada Juni antara anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), Rusia dan produsen kecil lainnya, sebuah aliansi yang dikenal sebagai OPEC Plus.

Pada pertemuan itu, Arab Saudi juga mengatakan akan memperpanjang pemotongan produksi 500.000 barel per hari sejak pertama kali diumumkan pada April. Secara keseluruhan, pemotongan tersebut akan mengurangi total produksi minyak Arab Saudi menjadi sembilan juta barel per hari.

Anggota OPEC Plus lainnya telah berjanji untuk memangkas produksi hingga akhir 2024 di tengah prospek permintaan global yang mengecewakan dan karena pemulihan ekonomi China yang kuat pasca-pandemi tampaknya tidak mungkin terjadi.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat