androidvodic.com

Aspekpir Dukung BUMN Akselerasi PSR di Kalimantan Barat - News

News -- Asosiasi Petani Kelapa Sawit Inti Rakyat (Aspekpir) menyatakan siap mendukung program Subholding PalmCo, mengakselerasi peremajaan sawit rakyat (PSR) di Kalimantan Barat.

Dukungan tersebut disampaikan Ketua Aspekpir Kalimantan Barat YS Marjitan, kepada Direktur Utama PalmCo, Jatmiko Santosa, di Pontianak, Kalimantan Barat, belum lama ini.

Aspekpir menyatakan keberadaan PalmCo memberikan harapan bagi petani sawit di Kalimantan Barat.

Baca juga: Ekonom Sebut Pembentukan Palm Co Bisa Perkuat Kemampuan Pemerintah Kelola Ketahanan Pangan

"Kehadiran PalmCo dan Pak Jatmiko Santosa memberikan harapan untuk mengatasi ketidakberdayaan petani sawit di Kalimantan Barat selama ini," kata Marjitan.

Untuk itu, dia dan Aspekpir Kalimantan Barat menyatakan siap untuk bekerja sama dengan PalmCo dalam upaya memperkuat petani sawit melalui peremajaan sawit renta.

"Pada akhirnya kami yakin program ini menjadi jawaban ketimpangan produktivitas petani dan perusahaan dan secara tidak langsuung akan membantu meningkatkan ekonomi serta kesejahteraan petani," urainya.

Kementerian BUMN dan Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) resmi membentuk Subholding PalmCo melalui penggabungan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V, VI dan XIII ke dalam PTPN IV sebagai entitas bertahan dan pemisahan tidak murni aset dan liabilitas PTPN III (Persero) ke dalam PTPN IV.

Hingga kini, PTPN V yang kini dikenal sebagai Regional III PTPN IV menjadi perusahaan milik negara dengan program PSR terluas di seluruh Holding Perkebunan Nusantara.

Dalam pertemuan tersebut, Jatmiko membawa serta empat program unggulan yang berhasil dia terapkan dalam mengaselerasi PSR.

Pertama adalah kemitraan dengan pola manajemen tunggal atau single management. Pola tersebut menjadi kunci sukses program PSR yang dilaksanakan di Riau di berbagai kabupaten Provinsi Riau.

Pola manajamen tunggal atau single management mengusung standar tinggi perusahaan, mulai dari penumbangan sawit renta, pemanfaatan bibit sawit unggul bersertifikat, proses penananman, pemupukan, hingga pemeliharaan untuk diterapkan di areal peremajaan sawit masyarakat.

Dengan begitu, masyarakat akan memiliki perkebunan sawit dengan produktivitas tinggi dan memangkas ketimpangan produktivitas petani dan perusahaan seperti yang selama ini jamak terjadi.

Pendekatan tersebut kian lengkap dengan pola off taker atau pendampingan perusahaan kepada petani selama proses peremajaan sawit berlangsung.

Salah satu wujud pola tersebut adalah skema cash for works untuk para petani mitra sehingga para petani tetap mendapatkan penghasilan selama peremajaan berlangsung.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat