androidvodic.com

Teknologi Program Hilirisasi Nikel Masih Bergantung Penuh dengan Asing - News

Laporan Wartawan News, Ismoyo

News, JAKARTA - Pemerintah saat ini tengah menjalankan kebijakan program hilirisasi sumber daya mineral, khususnya nikel.

Program kebanggaan pemerintahan Presiden Joko Widodo ini disebut mampu memberikan nilai tambah bagi negara.

Pasalnya, Indonesia merupakan salah satu negara yang dikaruniai cadangan nikel terbesar di dunia. Potensi tersebut sedang dimaksimalkan, dan diharapkan produk turunannya dapat memberikan keuntungan besar terhadap Indonesia.

Baca juga: Celios: Hilirisasi Nikel Jika Tidak Hati-Hati Bisa Tamat Cepat

Salah satu produk turunan nikel yang kini tengah diupayakan adalah baterai kendaraan listrik.

Meski memiliki cadangan melimpah, Indonesia saat ini belum dapat memaksimalkan potensi nikel secara mandiri, khususnya dalam hal penguasaan teknologi hilirsasi mineral.

Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi, Nurul Ichwan mengatakan, secara garis besar progres Indonesia memang terbilang lancar dalam menjalankan program hilirisasi nikel.

Hal ini dikarenakan Indonesia telah membuat peta jalan alias roadmap pengembangan nikel dari hulu hingga hilir.

Namun, penggunaan teknologi didalamnya masih bergantung penuh terhadap teknologi yang dibawa oleh negara lain.

"Ini saya bicara dari sisi investasi, kita berhasil mengatakan bahwa hilirsasi di sektor mineral berhasil. Kenapa? karena kita sudah melakukan realisasi (roadmap) mulai dari nikel ore sampai ke battery cell," ungkap Ichwan di Artotel Mangkuluhur Jakarta, Kamis (25/1/2024).

"Tapi di luar dari tambang ini teknologinya itu tidak ada teknologi dari Indonesia sama sekali. Dari smelter ke battery cell, itu orang lain semua," sambungnya.

Diketahui, saat ini Pemerintah tengah menarik berbagai investor atau perusahaan asing agar dapat mengembangkan pabrik baterai kendaraan listrik di Indonesia.

Baca juga: Ekonom Sebut Hilirisasi Mulai Berdampak Positif pada Neraca Perdagangan di Indonesia

Beberapa perusahaan yang dimaksud seperti LG Energy Solution Ltd dari Korea Selatan, serta Contemporary Amperex Technology (CATL) yang merupakan perusahaan dari China.

Ichwan pun mengungkapkan, agar Indonesia dapat mengembangkan potensi pemanfaatan nikel secara mandiri, diperlukan adanya kerjasama antara pihak-pihak terkait.

Mulai dari Pemerintah, pelaku usaha dalam negeri, serta dunia pendidikan dan riset.

"Makanya ini ada namanya kerjasama pentahelix yang harus dilakukan antara dunia usaha, pemerintah dan juga dunia kampus dan inovator," pungkas Ichwan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat