androidvodic.com

RI Targetkan Produksi 50 Juta Ton CPO, BPDPKS Minta Generasi Muda Jaga Keberlangsungan Kelapa Sawit - News

Laporan Wartawan News, Dennis Destryawan

News, JAKARTA -- Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menyatakan, Indonesia menargetkan bisa memproduksi lebih dari 50 juta ton minyak sawit pada tahun 2025.

Kepala Divisi Program Pelayanan BPDPKS, Arfie Thahar menyatakan, minyak sawit adalah komoditas ekspor unggulan Indonesia, sebagai produsen Crude Palm Oil (CPO) terbesar di dunia.

Peningkatan produksi minyak sawit juga akan memberikan lebih banyak pasokan untuk industri makanan. Termasuk minyak goreng dan makanan berbasis minyak sawit serta bioenergi untuk domestik dan ekspor pasar global.

Baca juga: Wakil Kepala BRIN Dorong Akselerasi Pemanfaatan PLTBg untuk Hasilkan CPO Berkualitas Tinggi

"Karena perannya yang signifikan, membuat dampak perekonomiannya juga meningkat. Saya berharap banyak dari generasi hari ini untuk menjaga dan melanjutkan keberlangsungan kelapa sawit, jangan sampai sumber daya yang kita punya tidak bisa kita olah dengan baik," kata Arfie, Senin (25/3/2024).

Direktur Perencanaan dan Pengelolaan Dana Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) sekaligus Plt. Direktur Kemitraan BPDPKS, Kabul Wijayanto mendorong generasi muda, untuk berkontribusi dan ikut terjun langsung dalam menumbuh kembangkan industri kelapa sawit di Indonesia.

"Kita mengharapkan ini adalah awal dari hal-hal positif yang terus ditanamkan dan ditumbuhkan, serta membuang stigma negatif tentang sawit yang faktanya belum tentu benar. Semoga ini menjadi kebermanfaatan bagi negeri kita hari ini dan disuatu hari nanti," ucap Kabul Wijayanto saat acara GenSawit Talkshow.

BPDPKS merupakan salah satu Badan Layanan Umum dibawah Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan yang bertanggung jawab atas pengelonaan dana yang veras dari pungutan ekspor kelapa sawit.

"Kenapa kelapa sawit perlu dikembangkan dan kenapa ini begitu penting, ini semua tidak lepas dari perannya sebagai kontribusi terbesar untuk perekonomian Indonesia," jelas Kabul.

Sementara, Kepala Kantor Wilayah DJPb Sumatera Barat, Syukriah mengatakan, untuk menghadapi Indonesia Emas 2045 maka generasi muda saat ini akan menjadi penerus berkembangnya kelapa sawit menjadi komoditas multi guna dan bermanfaat untuk semua.

Sebab, menurut Syukriah, sawit memiliki potensi besar untuk kemajuan Indonesia. Dirinya yakin kedepannya sawit akan menjadi eksportir bagi generasi-generasi muda yang akan memajukannya.

"Semoga dengan adanya acara ini membuka cara berpikir kita, mengubah pola pikir generasi muda untuk ikut aktif terjun langsung dalam memajukan sawit khususnya di Sumatera Barat," ungkap Syukriah.

Kepala Divisi Perusahaan BPDPKS, Achmad Maulizal Sutawijaya menjelaskan bagaimana misi BPDPKS dalam memperbaiki kesejahteraan petani, menstabilkan harga CPO, dan memperkuat industri hilir.

"Kita ingin meningkatkan kinerja sektor sawit di Indonesia, dimana peran penting kita hari ini sangat tergantung untuk keberhasilan sawit di kemudian hari nanti," jelas Achmad Maulizal

Selain itu, Direktur Eksekutif PASPI, Tungkot Sipayung menjelaskan, proses produksi perkebunan dan industri sawit memiliki komoditas yang sangat tinggi. Maka, Tungkot berharap harap agar teman-teman generasi muda sekalian bisa memahaminya dengan baik.

"Baik ya sawit tanpa bilang-bilang, tanpa ngomong itu sawit, karbon dioksida diserap oleh kebun-kebun sawit kita, kemudian dia cuci, dia rubah sebagian menjadi minyak sawit, sebagian menjadi batang sawit kemudian menghasilkan oksigen. Bukankah sawit itu baik? Selama ini yang kita tau kelapa sawit menghasilkan minyak goreng dan ada di keseharian kita. Tapi secara tidak langsung juga menjadi paru-paru ekosistem," jawab Tungkot.

Bidang Kompartemen Media Relations GAPKI Fenny Sofyan membeberkan bahwa sawit menjadi pusat produksi untuk negara lain, diantaranya Pakistan, India, dan negara Eropa. Apalagi, menurut Fenny, perekonomian Indonesia juga sangat bergantung kepada kelapa sawit. Di tengah pandemi Covid-19 misalnya, Indonesia terselamatkan lewat devisa ekspor kelapa sawit.

"Jadi secara tidak langsung kita juga bagian dari perekonomian dunia dan kebutuhan kita di indonesia pun juga bertambah seiring bertambahnya konsumsi," jelas Fenny.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat