androidvodic.com

Indeks Literasi Masih Rendah, Karyawan Perlu Lebih Cerdik Kelola Keuangan - News

News, JAKARTA - Kemajuan teknologi digital memicu lebih banyak orang bisa mengakses layanan jasa keuangan dan meningkatnya inklusi keuangan. Di sisi lain, kecepatan inovasi dan inklusi keuangan belum diimbangin dengan pemahaman yang matang terhadap pengelolaan keuangan yang baik.

Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), indeks inklusi keuangan tercatat meningkat 85,1 persen sedangkan indeks literasi keuangan masih cukup rendah di angka 49,68 persen, bahkan baru 30 persen karyawan di Indonesia yang paham mengelola finansial mereka.

Mendukung inklusi keuangan di Tanah Air, OttoDigital bersama ekosistemnya menggulirkan kampanye Usaha Lebih Bijak Finansil melalui platform digital untuk membantu masyarakat mengatur dan mengelola keuangan secara lebih cerdik dan sehat.

Baca juga: Gandeng OJK, BNI Dorong Literasi dan Inklusi Keuangan untuk Masyarakat Peduli Sampah di Bekasi

Direktur PT IndoArtha Perkasa Sukses, Grace Sunarjo mengatakan, rendahnya literasi keuangan menunjukan masih banyaknya masyarakat atau para pekerja terjebak dalam keputusan yang kurang bijak dalam mengatasi masalah keuangan.

PIhaknya berupaya memberikan edukasi dalam membangun kesiapan finansial melalui platform Otto.

"Aplikasi ini didukung dengan berbagai fitur pendukung seperti investasi hingga fasilitas ambil gaji lebih awal kapan pun di mana pun untuk kebutuhan dana darurat, yang membantu karyawan mencapai tujuan finansial mereka (financial goals),” ujar Grace Sunarjo.

Kampanye ini diisi dengan rangkaian edukasi melalui aktivitas offline dan online guna membangun kesadaran pekerja untuk mempersiapkan diri dalam mengatur keuangan.

Satu diantaranya melalui kegiatan talkshow bertema ‘Atur Siklus Beban Keuangan dan ‘Rahasia Mencapai 100 Juta Pertama’ yang menyasar kalangan karyawan dengan menghadirkan perencana keuangan Aliyah Natasya, M. Sc., CFP, IFP yang membawakan edukasi finansial dari perilaku dan sudut pandang karyawan.

Aliyah Natasya menjelaskan, edukasi finansial menjadi upaya untuk mengenal, memahami dan mengontrol keputusan dalam mengelola keuangan.

“Fenomena masalah keuangan yang terjadi sering kali karena banyak orang yang belum cakap dalam mengatur keuangan tetapi lebih mementingkan keinginan daripada kebutuhan. Saat dihadapkan dengan realita, selalu berkutat dengan mindset jangka pendek bukan jangka panjang," ungkapnya.

Hal tersebut ditambah lagi oleh kondisi kebanyakan para pekerja yang merasa belum bisa untuk menabung ataupun berinvestasi. "Membangun kedisiplinan keuangan dan meningkatkan pertumbuhan nilai aset harus segera ditanamkan dengan seksama,” ungkap Aliyah.

Kegiatan edukasi lainnya diselenggarakan melalui tayangan 3 episode podcast Karyawan Pejuang Rupiah (KPR) dengan edisi perdana bertajuk 'Usaha Melakukan Adegan Dewasa dari Dompet Karyawan' lalu disusul edisi kedua bertajuk 'Usaha Nyusun Dana Darurat? Hari-hari aja Udah Darurat' serta edisi ketiga bertajuk 'Bukan Lagi Waktunya Jadi People Pleaser, Ini Saatnya untuk Taking Control.'

Lewat podcast ini para karyawan diajak lebih dewasa dalam mengelola arus keuangannya dan mulai menyusun dana untuk kebutuhan yang mendesak.

Podcast KPR tayang dua minggu sekali setiap hari Jumat melalui YouTube channel dan layanan musik digital Spotify.

Grace menjelaskan, sebagai financial aggregator, aplikasi Otto sudah bekerjasama dengan para penyedia produk finansial berlisensi dan juga penyedia produk non finansial serta 20 mitra distribusi agar dapat menjangkau target market yang luas.

Dia optimistis kampanye melalui aplikasi Otto ini dapat turut mendukung peningkatan literasi finansial di masyarakat sekaligus membangun kesadaran menata keuangan dengan lebih cerdik.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat