androidvodic.com

Pertama Kali di Jepang, Protes Penahanannya Warga Nigeria Puasa dan Meninggal di Penjara - News

Laporan Koresponden News, Richard Susilo dari Jepang

News, TOKYO - Seorang warga Nigeria usia 40 tahunannya yang melakukan pencurian dan masuk penjara tahun 2000, Juni 2019 meninggal dunia karena protes atas hukumannya dan puasa tak mau makan minum dan tak mau disentuh atau tak mau diinfus sekali pun.

"Ini kasus pertama di Jepang seorang asing yang protes atas hukumannya akhirnya meninggal di dalam penjara," papar sumber News Rabu ini (2/10/2019).

Menteri kehakiman Jepang Katsuyuki Kawai akan menyelidiki kasus tersebut dalam janjinya di jumpa pers Rabu ini (2/10/2019).

"Kita akan selidiki lebih lanjut kasus kematian di dalam penjara tersbeut," papar Menteri kawai siang ini.

Narapidana di Pusat Imigrasi Omura (perfektur Nagasaki), seorang lelaki Nigeria berusia 40 tahun telah ditahan meninggal dunia Juni 2019, dan Badan Imigrasi dan Manajemen Residen Kementerian Kehakiman mengungkapkan bahwa dia menolak untuk makan dan menolak dirawat pula.

Akibatnya berat badannya berkurang sekitar 13 kilogram dalam tiga minggu.

"Meskipun berulang kali memperingatkan bahwa kehidupan akan berbahaya, pasien tetap menolak keras pengobatan" . Terpidana sadar dan tidak ada masalah dengan responsnya.

Warga Nigeria itu dijatuhi hukuman penjara karena pencurian dan ditahan di sebuah fasilitas di Osaka pada tahun 2015. Kemudian dia diperintahkan untuk meninggalkan negara Jepang namun menolaknya.

Barulah kemudian dipindahkan ke pusat rehabilitasi di nagasaki pada tahun 2016.

Dokter paruh waktu mencoba memasukkan dan mengumpulkan darah, untuk pemeriksaan kesehatannya, tetapi pria itu menolak.

Sampai awal Juni, ia pergi ke rumah sakit eksternal untuk menerima infus, tetapi pria itu kemudian juga menolak perawatan di dalam dan di luar pusat rehabilitasi.

Pada tanggal 17 Juni, ketika berat badan sekitar 50 kg, staf memperingatkan bahwa kesehatan yang sangat menurun itu akan mengancam jiwa, tetapi pria itu terus menolak perawatan.

Dokter yang mendiagnosis menilai bahwa "satu-satunya cara untuk melakukan ambulans adalah ketika pasien kehilangan kesadaran atau cukup lemah untuk menolak perawatan".

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat