androidvodic.com

Hamas: Rencana Pencaplokan Wilayah oleh Israel adalah Deklarasi Perang - News

News - Hamas menilai rencana aneksasi Israel terhadap wilayah Tepi Barat Palestina merupakan deklarasi perang.

Pernyataan ini dirilis Hamas pada Kamis (25/6/2020) lalu.

Diketahui Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu berencana mencaplok wilayah Tepi Barat Palestina yang telah diduduki Israel.

Juru bicara Brigade Ezzedine al-Qassam, Abu Obeida dalam pesan videonya berjanji akan membela rakyat Palestina dan menjaga tempat suci.

Baca: Palestina Tegaskan Tidak Biarkan Israel Ambil Tanah Tepi Barat

Baca: Indonesia Tegas Tolak Rencana Aneksasi Israel ke Wilayah Palestina di DK PBB

Netahanyu berencana 1 Juli ini akan mengumumkan kedaulatan Israel terhadap wilayah Tepi Barat dan Lembah Jordan.

Tinggal beberapa hari rencana itu datang, menempatkan kedua wilayah dalam ketidakpastian.

Diktutip dari Anadolu Agency, Netanyahu mendeklarasikan rencana aneksasi pada bulan lalu, berdasarkan perjanjian perdamaian oleh Presiden AS, Donald Trump. 

Otoritas Palestina mengatakan bahwa di bawah rencana AS, Israel akan mencaplok 30 hingga 40 persen Tepi Barat.

Anggota Kepolisian Hamas Palestina menunjukkan keterampilan mereka pada upacara kelulusan dari Akademi Kepolisian di Kota Gaza. Palestina. Kamis (7/5/2020). (AFP/MAHMUD HAMS)
Anggota Kepolisian Hamas Palestina menunjukkan keterampilan mereka pada upacara kelulusan dari Akademi Kepolisian di Kota Gaza. Palestina. Kamis (7/5/2020). (AFP/MAHMUD HAMS) (AFP/MAHMUD HAMS)

Termasuk salah satunya wilayah Yerussalem Timur.

Secara terpisah, juru bicara Hamas mengatakan mencapai kesepakatan pertukaran tahanan dengan Tel Aviv adalah prioritas utama mereka.

Di sisi lain, Israel bersikeras menolak pembebasan warga Palestina yang mereka anggap telah membunuh warga Israel.

Pada April 2016, Hamas mengumumkan bahwa mereka telah menangkap empat tentara Israel sambil menahan identitas mereka kecuali Oron Shaul, seorang tentara Israel yang hilang sejak konflik 2014 di Gaza.

Sebaliknya, Israel menahan sekitar 5.000 warga Palestina.

Termasuk diantaranya ada 180 anak-anak dan 700 pasien.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat