androidvodic.com

Tercekik Beban Tarif Komisi Aplikasi Pengiriman, Bisnis Kuliner Malaysia Mencoba Bertahan - News

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

News, KINABALU - Bisnis di industri makanan serta minuman di Malaysia harus beradaptasi di tengah pandemi Covid-19.

Apalagi kini pemerintah melakukan pengendalian gerakan ketiga (MCO 3.0) di Malaysia yang dilakukan secara penuh dan diperpanjang hingga dua pekan mendatang akibat pandemi.

Mereka berupaya untuk memangkas kerugian yang dialami selama masa pandemi untuk 'mencoba dan bertahan'.

Dikutip dari laman Malay Mail, Minggu (16/2021), Ku Nizar dari Cowboys Food Truck mengatakan bahwa dengan ditutupnya tempat parkir untuk food truck, ia pun memindahkan operasionalnya ke dapurnya di SS18 Subang Jaya, tempat dirinya melakukan pengiriman atau pengambilan sendiri pesanan.

"Yang perlu diingat adalah harga bahan baku sudah naik signifikan, sekitar 10 sampai 15 persen jika dibandingkan MCO pertama. Misalnya, 17 kilo barel minyak goreng komersial harganya 68 ringgit Malaysia pada April 2020, tapi sekarang harganya 88 ringgit Malaysia, biaya logistik juga naik," kata Nizar.

Selain itu, kata dia, saat ini ada begitu banyak gerai makanan di aplikasi pengiriman.

Sehingga bisnis yang lebih kecil seperti yang ia miliki akan lebih sulit terlihat dalam aplikasi itu.

"Menyatukan semua orang yang memiliki bisnis kuliner ke dalam kelompok yang sama, membuat bisnis saya yang kecil ini jadi semakin sulit," jelas Nizar.

Ia mengaku bahwa sesaat setelah bergabung dalam aplikasi pengiriman makanan yang paling banyak dipilih pebisnis kuliner Malaysia, dirinya segera menyadari bahwa komisi yang diambil oleh penyedia platform itu terlalu tinggi.

Sehingga ia kemudian membawa bisnisnya itu ke Beepit, aplikasi yang lebih baru namun menetapkan tarif yang lebih rendah.

Baca juga: Kasus Covid-19 Harian Masih Melebihi 5.000, Lockdown Total di Malaysia Diperpanjang hingga 28 Juni

Nizar menyampaikan bahwa rata-rata biaya yang dikenakan Beepit mulai dari 5 hingga 12 persen, ini termasuk biaya transaksi.

Menurutnya, tarif ini jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan aplikasi populer yang ia gunakan sebelumnya yang mengambil komisi sebesar 30 persen, termasuk biaya transaksi.

"Saat ini kami juga berhenti memesan produk dalam jumlah besar dari pemasok, sebagai gantinya ya kami membeli dari supermarket. Meski harganya lebih tinggi, setidaknya melalui cara ini kami tidak membuang-buang uang," tegas Nizar.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat