androidvodic.com

China akan Danai Proyek Junta Militer Myanmar, Beda Sikap dari Negara Barat - News

News - China akan mengirimkan dana lebih dari 6 juta dolar kepada junta militer Myanmar untuk mendanai proyek pembangunan.

Menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Myanmar, bantuan China ini merupakan bentuk kerja sama lanjutan di bawah pimpinan militer.

Dilansir CNA, sikap China ini amat berbeda dengan negara Barat yang mengecam kepemimpinan militer Myanmar.

China mengatakan tidak ingin menganggu pemerintahan Myanmar dan ingin menjaga stabilitas. 

Lebih lanjut, Kemenlu Myanmar mengatakan dana itu akan ditransfer dari China untuk proyek Kerja Sama Mekong-Lancang.

Baca juga: Kasus Covid-19 di China Terus Mengalami Kenaikan, Tertinggi dalam 7 Bulan Terakhir

Baca juga: AS Bongkar Rencana Pembunuhan Dubes Myanmar untuk PBB yang Anti-Junta, Dua Orang Ditangkap

Pengunjuk rasa memegang suar sementara yang lainnya memberi hormat tiga jari selama demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon pada 22 Juni 2021.
Pengunjuk rasa memegang suar sementara yang lainnya memberi hormat tiga jari selama demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon pada 22 Juni 2021. (STR / AFP)

Proyek itu mencakup sektor vaksinasi pada hewan, budaya, pertanian, sains, pariwisata, dan mitigasi bencana.

Dilaporkan bahwa China dan Myanmar telah menandatangani kesepakatan tersebut pada Senin (9/8/2021).

Informasi ini telah dikonfirmasi Kedutaan China dalam laman Facebook resminya.

Sementara itu, kelompok yang menentang junta menilai China mendukung adanya kudeta.

Beijing menyangkal tuduhan itu dan mengatakan pihaknya mendukung diplomasi regional terkait krisis tersebut.

Negara Barat juga memberikan bantuan darurat kepada warga Myanmar.

Pemerintah AS di Washington pada Selasa (10/8/2021) mengatakan akan mengirimkan 50 juta dolar.

Dana ini diperuntukkan kelompok-kelompok bantuan di Myanmar untuk menangani pandemi Covid-19.

"Pendanaan ini datang pada titik kritis meningkatnya kebutuhan kemanusiaan dan akan membantu mengurangi dampak Covid-19 pada kehidupan masyarakat Thailand dan Burma," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat