androidvodic.com

Lonjakan Corona di Papua Nugini Akibat Terbatasnya Infrastruktur Kesehatan, Vaksinasi Baru 2 Persen - News

News - Gelombang virus corona (Covid-19) terbaru melanda negara tetangga, Papua Nugini (PNG).

Dikutip dari Al Jazeera, pada Sabtu (23/10/2021), Papua Nugini melaporkan jumlah kasus harian tertinggi di negara itu sejak pandemi dimulai pada Maret 2020.

Papua Nugini mencatat 376 kasus baru dan menangani hampir 3.000 kasus aktif penyakit tersebut.

Menurut worldometers.info, pada Mingggu (24/10/2021), kasus baru di Papua Nugini bertambah 896 menjadi 27.627 kasus.

Kematian di negara itu bertambah 6 menjadi 335, dan pasien yang dinyatakan sembuh bertambah 880 menjadi 24.293 orang.

Baca juga: Terapis Gigi dan Mulut Berkomitmen Jadi Garda Terdepan Edukasi Masyarakat Soal Covid-19

Sekretaris Jenderal Palang Merah Papua Nugini Uvenama Rova mengatakan rumah sakit penuh dan pasien telah ditolak di daerah provinsi serta ibu kota Port Moresby.

Upaya dan dukungan diperlukan negara itu untuk mencegah risiko kematian secara besar-besaran.

"Upaya mendesak dan dukungan lebih lanjut diperlukan dalam perawatan kesehatan untuk mencegah hilangnya nyawa secara besar-besaran dalam beberapa hari dan minggu mendatang," kata Rova dalam sebuah pernyataan, Senin (25/10/2021).

Rova menambahkan, risiko rawat inap dan kematian akibat Covid-19 telah melonjak di Papua Nugini karena infastruktur kesehatan yang terbatas dan tingkat penyakit yang tinggi.

Kondisi tersebut diperparah dengan buruknya akses ke air bersih, fasilitas kebersihan dan sanitasi.

Baca juga: Nasib Pos Batas Negara RI-Papua Nugini yang Diresmikan Jokowi, Berbulan-bulan Tak Dialiri Listrik

"Di semua wilayah PNG, kami sangat prihatin bahwa risiko rawat inap dan kematian akibat Covid-19 meroket karena infrastruktur kesehatan yang terbatas, tingkat penyakit yang tinggi, semuanya diperparah dengan buruknya akses ke air bersih, fasilitas kebersihan dan sanitasi," kata Rova.

Selain itu, program vaksinasi di Papua Nugini juga berjalan lebih lambat di beberapa kawasan.

Menurut data resmi, hanya sekitar dua persen dari populasi warga negara itu yang telah menerima vaksin.

Data pemerintah tidak merinci jumlah dosis yang diterima, tetapi Our World in Data dari Universitas Oxford mengatakan hanya 0,67 persen orang yang telah divaksinasi lengkap.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat