Perokok 1,5 Kali Lebih Tinggi Terinfeksi Corona Daripada Tidak Perokok - News
Laporan Koresponden News, Richard Susilo dari Jepang
News, TOKYO - Studi menunjukkan bahwa orang yang merokok di masa lalu dan kemudian berhenti merokok lebih mungkin terkena penyakit dan lebih mungkin menjadi lebih sakit saat terinfeksi virus corona baru daripada mereka yang terus merokok.
"Di National Center for Global Health and Medicine di Shinjuku Ward, Tokyo, kami menyelidiki risiko kejengkelan akibat merokok pada 29.066 orang yang dirawat di rumah sakit di Corona setelah Januari 2020," ungkap sumber News di lembaga tersebut Kamis (20/1/2022).
Hasilnya, mereka yang pernah merokok dan sekarang berhenti merokok memiliki kemungkinan 1,5 kali lebih besar untuk sakit dibandingkan bukan perokok.
Sedangkan khususnya bagi wanita 1,94 kali lebih tinggi resikonya untuk perempuan, dan lebih tinggi daripada mereka yang tidak merokok.
Pusat Nasional untuk Kesehatan dan Kedokteran Global menganalisis, "Orang yang merokok di masa lalu memiliki tingkat komorbiditas yang tinggi, dan bahkan jika mereka berhenti merokok, penyakitnya tetap ada, sehingga mudah menjadi serius."
Selain itu, setengah dari pasien rawat inap dengan jenis Omicron mengeluh sakit tenggorokan, yang merupakan gejala khas, tambahnya.
Merokok merupakan masalah yang cukup besar saat ini di Jepang dan diskusi mengenai ini dilakukan para pecinta Jepang silakan gabung lewat email: info@tribun.in
Terkini Lainnya
Studi menunjukkan bahwa orang yang merokok di masa lalu dan kemudian berhenti merokok lebih mungkin terkena penyakit dan lebih mungkin menjadi lebih
Sedikitnya 4 Meninggal di Jepang Gara-gara Kepanasan
BERITA REKOMENDASI
BERITA TERKINI
berita POPULER
Cerita Warga Gaza Eks Tawanan Israel: Kami Disiksa, Ditelanjangi, Tentara Wanita Injak Kepala Kami
Kelompok HAM: Israel Gunakan Air sebagai Senjata Perang, Sumur dan Tempat Desalinasi Dihancurkan
Pemilu Prancis: Tak Terduga, Partai Kiri Menang Besar di Putaran Kedua
Jamaah Islamiyah bubar, eks pemimpinnya janji tinggalkan 'jalan kekerasan' - Apa motif di belakangnya dan benarkah JI memilih 'mengubah citra' agar diterima masyarakat?
Mahfud: KPU Kini Tak Layak Jadi Penyelenggara Pilkada