androidvodic.com

China Enggan Kena Dampak Sanksi Rusia, tapi Kirim Dukungan Ekonomi ke Moskow - News

News - Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan kepada Menteri Luar Negeri Spanyol Jose Manuel Albares bahwa negaranya enggan terkena dampak sanksi ekonomi Barat yang dikenakan pada Rusia, Selasa (15/3/2022).

Seperti diketahui, sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Kamis (24/2/2022),  Barat menjatuhkan sejumlah sanksi kepada Moskow.

"China bukan pihak dalam krisis, apalagi ingin terkena sanksi," ungkap Wang Yi, menurut panggilan telepon dengan Albares.

Dilansir Al Jazeera, Wang Yi menambahkan China pada prinsipnya menolak sanksi dan memilih untuk melindungi hak dan kepentingannya yang sah.

Baca juga: 14 Fakta Hari ke-20 Invasi: China Akan Bantu Rusia, Ukraina Sebut Putin Bisa Mulai Perang Dunia III

Baca juga: Gelombang Pasukan Rusia Terus Berdatangan tapi Pejabat Ukraina PeDe Perang akan Berakhir Bulan Mei

Wang Yi
Wang Yi. Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan kepada Menteri Luar Negeri Spanyol Jose Manuel Albares bahwa negaranya enggan terkena dampak sanksi ekonomi Barat yang dikenakan pada Rusia, Selasa (15/3/2022). (tst)

Wang Yi menyebut konflik yang berlangsung hampir tiga minggu di Ukraina sebagai akumulasi dan intensifikasi kontradiksi keamanan Eropa selama bertahun-tahun.

Sementara itu, Albares mengunggah komentarnya di akun Twitternya.

"Saya telah berbicara dengan rekan saya dari China, Wang Yi tentang konsekuensi perang di Ukraina dan cara untuk mengakhirinya," tulis Albares.

Diskusi antara pejabat tinggi itu muncul ketika China ditekan untuk menarik dukungan dari Rusia.

Baca juga: Kemenkes Ukraina: Rusia Rusak 104 Rumah Sakit, 34 Kendaraan Medis

Baca juga: Wanita Ini Bawa Poster Bertuliskan Anti Perang di TV, Protes Invasi Rusia ke Ukraina, Terancam Bui

Dukungan ekonomi

Dilansir The Guardian, China memutuskan untuk memberikan Rusia dukungan ekonomi dan keuangan selama perang di Ukraina.

Tiongkok kini mempertimbangkan untuk mengirim pasokan militer seperti drone bersenjata, pejabat AS diklaim takut.

Penasihat keamanan nasional AS, Jake Sullivan, memaparkan kasus AS terhadap invasi Rusia dalam pertemuan tujuh jam yang "intens" di Roma dengan mitranya dari China, Yang Jiechi, menunjukkan bahwa Moskow telah berpura-pura tertarik pada diplomasi sambil mempersiapkan invasi.

Baca juga: Singgung Ancaman Perang Dunia III, Ukraina Minta Negara Barat Terapkan Lebih Banyak Sanksi ke Rusia

Baca juga: UPDATE Invasi Rusia ke Ukraina Hari ke-20, Berikut Peristiwa yang Terjadi

Dokumentasi foto pada 12 Maret 2021 menunjukkan Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan berbicara selama konferensi pers harian di Brady Briefing Room Gedung Putih di Washington, DC. Sullivan mengatakan kepada CNN pada 13 Februari 2022, bahwa Rusia dapat melakukan aksi militer besar di Ukraina kapan saja saat ini.
Dokumentasi foto pada 12 Maret 2021 menunjukkan Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan berbicara selama konferensi pers harian di Brady Briefing Room Gedung Putih di Washington, DC. Sullivan mengatakan kepada CNN pada 13 Februari 2022, bahwa Rusia dapat melakukan aksi militer besar di Ukraina kapan saja saat ini. (AFP)

Menurut Sullivan militer Rusia dengan jelas menunjukkan tanda-tanda kelemahan.

Sebelumnya, dilaporkan bahwa AS telah memberi tahu sekutu bahwa China “merespons positif” permintaan Rusia untuk peralatan militer, klaim yang dibantah Beijing.

Untuk dicatat, sedikitnya 90 anak telah tewas dan lebih dari 100 terluka di Ukraina sejak Rusia menyerang pada 24 Februari, kata kantor kejaksaan umum Ukraina.

"Jumlah korban tertinggi berada di wilayah Kyiv, Kharkiv, Donetsk, Chernihiv, Sumy, Kherson, Mykolayiv dan Zhytomyr," katanya dalam sebuah pernyataan.

Berita lain terkait dengan Konflik Rusia Vs Ukraina

(News/Andari Wulan Nugrahani)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat