androidvodic.com

Ukraina Menghadapi Persoalan Baru, Wabah Kolera Menyebar di Kota Mariupol - News

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni

News, KYIV – Walikota Mariupol, Vadym Boychenko mengkhawatirkan ribuan orang dapat meninggal karena wabah kolera yang menyebar di kota tersebut.

Dia mengatakan sistem sanitasi di kotanya telah rusak dan banyak mayat membusuk di jalanan.

“Ada wabah disentri dan kolera. Perang yang memakan 20.000 penduduk, sayangnya, dengan wabah infeksi ini, akan merenggut ribuan Mariupolit lagi,” kata Boychenko, yang dikutip dari Reuters.

Baca juga: Jerman Janji Berikan Bantuan Medis ke Ukraina

Dia meminta PBB dan Komite Internasional Palang Merah untuk membangun koridor kemanusiaan yang memungkinkan penduduk Mariupol yang tersisa dapat meninggalkan kota.

Badan Pangan PBB (FAO) memberikan gambaran dampak perang yang lebih luas, dengan mengatakan pengurangan ekspor gandum dan komoditas pangan lainnya dari Rusia dan Ukraina dapat menyebabkan 19 juta orang di seluruh dunia terancam kelaparan selama tahun depan.

Pejabat Ukraina mengatakan perang yang terjadi di wilayah timur Ukraina, yaitu di kota Sievierodonetsk, di mana Rusia memusatkan perhatiannya saat ini, telah menguras persejataan Ukraina.

Menurut pejabat Ukraina, hal ini dapat diatasi jika pihak Barat memenuhi janji untuk mengirimkan lebih banyak senjata, termasuk sistem roket yang telah dijanjikan AS dan lainnya.

Baca juga: Intelijen Ukraina: Jika Rusia Kuasai Donbas, Mereka Bisa Serang Wilayah Lain hingga Seluruh Ukraina

Perang Artileri

Wakil Kepala Intelijen Militer Ukraina, Vadym Skibitsky mengatakan kepada surat kabar Inggris, Guardian bahwa Ukraina meminta bantuan artileri kepada pihak Barat.

Dia menambahkan Ukraina menggunakan 5.000 hingga 6.000 peluru artileri dalam sehari.

"Ini adalah perang artileri sekarang. Semuanya sekarang tergantung pada apa yang (Barat) berikan kepada kita. Ukraina memiliki satu artileri hingga 10 hingga 15 artileri Rusia,” kata Skibitsky.

Jerman, yang menjadi salah satu negara pemasok senjata terbesar ke Ukraina sejak Rusia menginvasi, telah dikritik karena keterlambatannya dalam memasok senjata berat yang menurut Kyiv sangat dibutuhkan.

Jerman berencana untuk merivisi aturannya mengenai ekspor senjata untuk mempermudah mempersenjatai negara-negara demokrasi seperti Ukraina.

Baca juga: 100 hingga 200 Tentara Ukraina Tewas Setiap Hari di Medan Perang

Rusia berharap dapat merebut seluruh wilayah provinsi Luhansk timur, dan menuntut Ukraina untuk menyerahkan wilayah tersebut kepada separatis.

Selain Luhansk, Rusia juga meminta Ukraina menyerahkan wilayah Donetsk, sebuah daerah yang dikenal sebagai Donbas.

Dalam pidato malamnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Rusia sedang mencoba untuk menghancurkan setiap kota di Donbas.

"Sievierodonetsk, Lysychansk, Bakhmut, Sloviansk, banyak, banyak lainnya. Semua reruntuhan ini dulunya adalah kota yang bahagia," katanya.

Pada Jumat (10/6/2022) kemarin, Inggris mengutuk otoritas proksi Rusia di Donbas dan menyebut tindakan negara itu sebagai pelanggaran berat, karena telah menjatuhkan hukuman mati terhadap dua warga negara Inggris yang ditangkap di wilayah separatis saat berperang untuk Ukraina.

Seorang pejabat PBB mengatakan pengadilan yang dilakukan dalam keadaan seperti itu sama saja dengan kejahatan perang, sementara Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba mengecamnya sebagai tindakan pengadilan palsu terhadap tawanan perang.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat