androidvodic.com

Polisi Tangkap Pengunjuk Rasa Anti-Kerajaan Inggris, Timbulkan Kekhawatiran Kebebasan Berbicara - News

News - Aparat kepolisian Inggris telah menghadapi kritik dari aktivis dan kelompok kebebasan sipil atas perlakuan mereka terhadap orang-orang yang secara terbuka menantang aksesi Raja Charles III ke takhta.

Tindakan pihak berwajib telah meningkatkan kekhawatiran kebebasan berbicara.

Seperti diketahui, setelah kematian Ratu Elizabeth II, Pangeran Charles dinobatkan sebagai Raja Charles II.

Seorang wanita di Edinburgh yang memegang papan bertuliskan "Imperialisme, hapuskan monarki" didakwa melanggar perdamaian.

Sementara seorang wanita lain di London dipindahkan dari gerbang Parlemen sambil membawa tanda "Bukan rajaku".

Dikutip Al Jazeera, dalam beberapa hari terakhir, polisi telah menangkap orang-orang yang memprotes monarki.

Baca juga: Fakta Peti Mati Ratu Elizabeth II, Dibuat Puluhan Tahun Lalu dari Kayu Ek dan Dilapisi Timah

Peti mati Ratu Elizabeth II tiba di Royal Hearse di Istana Buckingham di London pada 13 September 2022, di mana ia akan beristirahat di Ruang Busur Istana semalaman. - Peti mati Ratu Elizabeth II pada hari Selasa akan diterbangkan oleh Angkatan Udara Kerajaan dari Edinburgh ke London, ditemani oleh putri tunggal ratu Anne, Putri Kerajaan, dan diantar ke Istana Buckingham, untuk beristirahat di Ruang Busur. (Photo by Gareth Fuller / POOL / AFP)
Peti mati Ratu Elizabeth II tiba di Royal Hearse di Istana Buckingham di London pada 13 September 2022, di mana ia akan beristirahat di Ruang Busur Istana semalaman. (Photo by Gareth Fuller / POOL / AFP) (AFP/GARETH FULLER)

Langkah ini menimbulkan pertanyaan tentang penegakan otoritas kebebasan berbicara.

Seorang pria didakwa melanggar perdamaian setelah mencemooh Pangeran Andrew saat mobil jenazah Ratu melakukan perjalanan melalui ibu kota Skotlandia.

Di Oxford, aktivis perdamaian Symon Hill diborgol setelah dia berteriak, "Siapa yang memilihnya?" mengacu pada Charles yang diproklamasikan sebagai raja baru.

Hill mengatakan dia dimasukkan ke dalam van polisi oleh petugas yang mengatakan kepadanya bahwa dia ditahan karena dugaan perilaku yang dapat menyebabkan "pelecehan, alarm, atau kesusahan". Dia kemudian dibebaskan, tetapi masih bisa menghadapi interogasi.

"Polisi menyalahgunakan kekuasaan mereka untuk menangkap seseorang yang menyuarakan penentangan ringan terhadap kepala negara yang diangkat secara tidak demokratis," katanya.

Wanita Edinburgh yang memegang tanda itu ditangkap di Katedral St Giles di Edinburgh, tempat peti mati ratu disimpan sebelum diterbangkan ke London pada hari Selasa (13/9/2022).

Baca juga: Gejolak Referendum Kembali Muncul Setelah Ratu Elizabeth II Wafat, Kini Giliran Antigua dan Barbuda

"Biarkan dia pergi! Ini kebebasan berbicara!," teriak seorang pria, lapor harian The Scotsman.

Trending topik Twitter

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat