androidvodic.com

Zelensky Desak PBB Hukum Rusia atas Invasinya: Kami Menuntut Hukuman yang Adil - News

News - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky telah mendesak PBB untuk menghukum Rusia atas invasinya.

Zelensky menyerukan pengadilan khusus dan agar Rusia dicabut hak vetonya dari Dewan Keamanan PBB.

"Sebuah kejahatan telah dilakukan terhadap Ukraina dan kami menuntut hukuman yang adil," kata Zelensky dalam pidato video yang direkam sebelumnya kepada Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNGA).

Pidato Zelensky disampaikan hanya beberapa jam setelah Presiden Rusia, Vladimir Putin mengumumkan mobilisasi 300.000 pasukan cadangan.

Pengumuman mobilisasi dilakukan setelah hampir tujuh bulan sejak pertama kali Putin memerintahkan pasukannya untuk menyeberangi perbatasan ke Ukraina.

Zelensky mengatakan bahwa Kyiv memiliki rencana lima poin untuk membangun perdamaian yang tahan lama, yang mencakup tidak hanya menghukum Moskow atas agresinya, tetapi pemulihan keamanan dan integritas wilayah Ukraina serta penyediaan jaminan keamanan.

Baca juga: Takut Disuruh Ikut Perang di Ukraina, Warga Rusia Ramai-ramai Tinggalkan Negaranya

“Hukuman untuk kejahatan agresi. Hukuman untuk pelanggaran batas dan integritas teritorial."

"Hukuman yang harus diterapkan sampai perbatasan yang diakui secara internasional dipulihkan,” kata Zelensky kepada majelis, bersama istrinya, Olena Zelenska, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera.

Ini adalah pertama kalinya Zelensky berbicara kepada para pemimpin dunia yang berkumpul bersama sejak invasi Rusia.

Beberapa delegasi berdiri dan bertepuk tangan di akhir pidato.

Rusia dan beberapa delegasi lainnya tetap duduk.

Zelensky mencemooh pembicaraan negosiasi Moskow dengan mengatakan tindakannya berbicara lebih keras daripada kata-katanya.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berbicara selama konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Luksemburg setelah pembicaraan di Kyiv pada 21 Juni 2022.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berbicara selama konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Luksemburg setelah pembicaraan di Kyiv pada 21 Juni 2022. (Sergei SUPINSKY / AFP)

“Mereka berbicara tentang pembicaraan, tetapi mengumumkan mobilisasi militer."

"Mereka berbicara tentang pembicaraan, tetapi mengumumkan pseudo-referendum di wilayah pendudukan Ukraina,” katanya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat