androidvodic.com

Perayaan Imlek di Makau Meriah Pasca Pelonggaran Covid-19 Pemerintah China - News

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

News, MAKAU - Jalan-jalan di Kota Makau memang penuh sesak menjelang Tahun Baru Imlek setelah aturan kendali pandemi virus corona (Covid-19) tiba-tiba dicabut pemerintah China.

Namun pusat kasino China ini tetap bergulat dengan pertanyaan mengenai masa depannya.
Dikutip dari laman Channel News Asia, Senin (23/1/2023), pelancong China Daratan memenuhi lorong berkelok-kelok yang mengarah ke Reruntuhan Saint Paul yang bersejarah.

Sedangkan toko-toko yang menjual makanan ringan lokal seperti kue almond dan dendeng 'mengalami kesulitan untuk mengikuti' lonjakan pengunjung padca dicabutnya aturan nol-Covid.

"Kami tidak memiliki cukup barang untuk Tahun Baru Imlek ini karena kami tidak mengharapkan ini," kata seorang pemilik bisnis bermarga Li.

Pelancong saat ini mungkin memang kembali, namun China ingin wilayah bekas jajahan Portugis itu mendiversifikasi ekonominya yang selama ini justru bergantung pada kasino.

Perlu diketahui, Presiden Xi Jinping telah memimpin kampanye antikorupsi selama bertahun-tahun yang memberantas praktik pencucian uang dan perjudian.

Namun berhenti berjudi dan memperoleh pendapatan pajak besar yang dihasilkan dari kasino, tentu akan menjadi kebiasaan yang sulit untuk dihilangkan.

"Pemerintah memiliki konflik yang melekat. Pemerintah pusat memang perlu untuk mempromosikan bisnis non-game, namun harus sadar untuk mempertahankan aliran pendapatannya," kata Konsultan Game, David Green.

Baca juga: Makau Tutup Semua Kasino untuk Menekan Penyebaran Covid-19

Kota berpenduduk sekitar 700.000 itu merupakan satu-satunya tempat di China, di mana kasino beroperasi secara legal.

Bahkan kota itu selama bertahun-tahun mengandalkan penjudi China daratan sebagai jalur kehidupan ekonominya.

Baca juga: KJRI Hong Kong Repatriasi 61 WNI dari Makau

Tahun lalu Makau melihat pendapatan melalui gaming anjlok ke rekor terendah yakni 42 miliar patacas atau setara 5,2 miliar dolar Amerika Serikat (AS) setelah pemerintah menutup sebagian besar bisnis pada puncak gelombang Covid-19.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat