androidvodic.com

Presiden Maia Sandu Tuduh Rusia Rencanakan Kudeta di Moldova Lewat Intel Militer - News

News - Presiden Moldova, Maia Sandu, menuduh Rusia merencanakan kudeta terhadap pemerintahannya.

Ia menyebut Rusia akan melibatkan penyabotase dengan latar belakang militer yang disamarkan dengan pakaian sipil.

Kemudian, kata Sandu, agen Rusia itu akan melakukan tindakan kekerasan, serangan terhadap institusi negara, dan menyandera.

"Dengan kedok protes oleh apa yang disebut oposisi, para penyabot bertujuan untuk menggullingkan tatanan konstitusional dan mengganti kekuasaan Chisinau yang sah dengan yang tidak sah," katanya, Senin (13/2/2023).

Sandu juga menuduh, Rusia diduga berencana melibatkan warga Rusia, Belarusia, Serbia, dan Montenegro untuk melakukan kudeta, dikutip dari The Moscow Times.

Negara-negara tersebut dituduh akan berpartisipasi dengan pasukan internal seperti yang dikendalikan oleh Shor.

Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-356: Rusia Mulai Serangan Besar, Ukraina Latihan dengan Polandia

Sehingga, parlemen Moldova perlu mengadopsi undang-undang yang akan memberikan Badan Intelijen dan Keamanan (SIS) Moldova dan kejaksaan dengan sarana yang diperlukan untuk melawan ancaman keamanan nasional secara lebih efisien.

"Tetapi, upaya Kremlin untuk membawa kekerasan ke Moldova tidak akan berhasil. Tujuan utama kami adalah keamanan warga negara dan negara. Tujuan kami adalah perdamaian dan ketertiban umum di negara ini," tambah Sandu.

Sandu telah berulang kali menyatakan keprihatinan tentang niat Moskow terhadap bekas republik Soviet.

Ia juga khawatir dengan kehadiran pasukan Rusia di wilayah Trans-Dniester yang memisahkan diri.

Selama setahun terakhir, perang Rusia di negara tetangga Ukraina telah berulang kali menyebabkan masalah keamanan di Moldova, dikutip dari DW.

Terutama di bulan-bulan pertama konflik, puing-puing dari rudal Rusia mendarat di wilayah Moldova setelah melintasi wilayah udara negara tersebut.

Pernyataan Presiden Maia Sandu muncul setelah Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengatakan pada KTT Uni Eropa, Ukraina sedang mencegat rencana penghancuran Moldova oleh intelijen Rusia.

Presiden Moldova, Maia Sandu, bersama PM Belanda Mark Rutte saat membahas hubungan Moldova untuk maju ke jalur Uni Eropa.
Presiden Moldova, Maia Sandu, bersama PM Belanda Mark Rutte saat membahas hubungan Moldova untuk maju ke jalur Uni Eropa. (Twitter/Maia Sandu)

Baca juga: Hindari Penangkapan dan Pelecehan, Pemerintah Amerika Serikat Desak Warganya Segera Tinggalkan Rusia

Moldova adalah negara pecahan Uni Soviet.

Moldova bergantung pada Rusia untuk gas alam dan telah mengalami pemadaman listrik dalam setahun terakhir, bertepatan dengan serangan Rusia ke infrastruktur energi Ukraina.

Blok oposisi Sosialis dan Komunis utama Moldova memiliki hubungan yang kuat dengan Moskow, dikutip dari BBC Internasional.

Pendahulu Presiden Sandu, Igor Dodon yang memerintah dari 2016 hingga 2020, mengejar hubungan dekat dengan Rusia.

Namun, sejak runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, Moldova menjalin kemitraan yang lebih erat dengan Rumania, salah satu anggota UE.

Pecahan roket yang diduga milik Rusia, ditemukan di dekat desa Larga di Moldova pada 15 Januari 2023. Roket ini diduga berasal dari pertempuran Rusia VS Ukraina di Dnipro.
Pecahan roket yang diduga milik Rusia, ditemukan di dekat desa Larga di Moldova pada 15 Januari 2023. Roket ini diduga berasal dari pertempuran Rusia VS Ukraina di Dnipro. (Twitter/Maia Sandu)

Baca juga: Mantan Pasukan Wagner Rusia Ungkap Kengerian Perang di Timur Ukraina: Tidak Sesuai Perintah, Tembak

Selama setahun terakhir, Moldova yang bukan anggota NATO menghadapi serangkaian masalah.

Ini termasuk krisis energi yang parah setelah Moskow secara dramatis mengurangi pasokan gas, inflasi yang meroket, dan beberapa insiden dalam beberapa bulan, dikutip dari AP.

Insiden terakhir melibatkan rudal yang melintasi langit Moldova, dan puing-puing yang ditemukan di wilayahnya.

Pihak berwenang Moldova mengonfirmasi rudal lain dari perang di Ukraina telah memasuki wilayah udaranya pada hari Jumat (10/2/2023).

(News/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat