androidvodic.com

Rusia Sebut Insiden Jatuhnya Drone AS di Wilayahnya sebagai Aksi Provokasi - News

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

News, WASHINGTON - Rusia menganggap insiden yang terjadi pada Selasa lalu, di mana pesawat tak berawak atau drone milik Amerika Serikat (AS) jatuh di Laut Hitam sebagai 'aksi provokasi'.

Pernyataan ini disampaikan Duta Besar Rusia untuk AS, Anatoly Antonov setelah dipanggil ke Departemen Luar Negeri AS di Washington.

Antonov bertemu dengan Asisten Menteri Luar Negeri untuk Urusan Eropa dan Eurasia Karen Donfried, yang memprotes 'pencegatan yang tidak aman dan tidak profesional' terhadap drone yang mengakibatkan hilangnya pesawat tersebut.

"Kami menganggap kejadian ini sebagai provokasi," kata Antonov kepada wartawan usai pertemuan.

Ia mengatakan bahwa dirinya memberitahu Donfried bahwa drone dan kapal AS tidak ada urusannya berada sedekat itu dengan perbatasan Rusia.

"Bisakah anda membayangkan seperti apa reaksi media AS atau Pentagon, jika drone seperti itu muncul di dekat New York atau San Francisco?," tanya Antonov.

Baca juga: Rusia Mau Ambil Puing-puing Drone MQ-9 Reaper di Laut Hitam, AS: Tak Banyak Data Bisa Dipulihkan

Dikutip dari laman Russia Today, Kamis (16/3/2023), Antonov menggambarkan pembicaraan dengan Donfried sebagai 'konstruktif' dan mengatakan kedua belah pihak harus berbagi keprihatinan.

"AS dan Rusia harus 'sangat berhati-hati' dalam bertindak, mengingat situasi saat ini di Eropa Timur," jelas Antonov.

Dirinya juga mengatakan kepada Donfried bahwa Rusia mencari 'hubungan pragmatis' dan tidak bertentangan dengan AS.

Menurut militer AS, dua pencegat Su-27 Rusia terbang sangat dekat dengan MQ-9 Reaper pada Selasa pagi waktu Rusia.

Pesawat Rusia itu menumpahkan bahan bakar ke drone dan pada satu titik merusak baling-balingnya, menyebabkan drone jatuh.

Padahal drone itu, kata AS, sedang dalam misi pengawasan damai di perairan internasional.

Sebagai tanggapan, Kementerian Pertahanan Rusia pun mengatakan pesawat nirawak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) itu terhenti setelah melakukan manuver drastis, dan pencegat tidak melakukan kontak dengan UAV.

Antonov telah menunjukkan bahwa pesawat tak berawak itu adalah jenis yang dapat membawa banyak rudal dan bom.

MQ-9 dikembangkan sebagai varian 'pemburu dan pembunuh' dari Predator MQ-1.

Rusia mengklaim AS telah menerbangkan pesawat tak berawak dan pesawat pengintai di dekat perbatasan Rusia selama lebih dari setahun, memberikan informasi intelijen dan penargetan kepada pemerintah Ukraina, bersama dengan pemberian senjata, amunisi, dan uang sambil bersikeras bahwa AS bukan pihak yang terlibat dalam konflik.

Lokasi pasti insiden drone itu pun tidak disediakan oleh dua pemerintah itu.

Namun media Rusia melaporkan bahwa lokasi terakhir Reaper adalah sekitar 60 kilometer barat daya pelabuhan Krimea di Sevastopol, Rusia.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat