androidvodic.com

Bos Google Peringatkan Potensi Bahaya Teknologi Artificial Intelligence - News

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

News, NEW YORK - Teknologi Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI) akan segera mempengaruhi 'setiap produk dari setiap perusahaan'.

Pernyataan ini disampaikan CEO Google dan Alphabet Sundar Pichai pada Minggu (16/4/2023) lalu.

Baca juga: Samsung Lirik Layanan Bing, Popularitas Google Terancam Merugi 3 Miliar Dolar AS Akibat Chatbot AI

Ia memperingatkan bahaya yang ditimbulkan oleh teknologi tersebut terhadap sektor ketenagakerjaan dan distribusi informasi yang salah.

"Kita perlu beradaptasi sebagai masyarakat untuk itu," kata Pichai kepada jaringan televisi Amerika CBS.

Dikutip dari laman Russia Today, Selasa (18/4/2023), Pichai menambahkan bahwa pertumbuhan dan keberlanjutan pekerjaan akan terganggu untuk industri yang mengandalkan apa yang ia sebut sebagai 'pekerja berpengetahuan', seperti penulis, akuntan bahkan insinyur yang merancang perangkat lunak (software).

Google meluncurkan 'chatbot' AI-nya, Bard pada bulan lalu, ini mengikuti debut ChatGPT online OpenAI pada 2022.

ChatGPT menerima publisitas yang signifikan karena kemampuannya untuk menulis makalah akademis dan menulis bagian prosa yang rumit serta mendetail dengan bahasa yang mirip manusia, di antara utilitas lainnya.

Namun chatbot AI dan khususnya ChatGPT kini mendapatkan kritikan.

Bahkan tekologi itu dilarang di Italia pada awal bulan ini karena potensi masalah privasi.

Baca juga: Google Didenda 32 Juta Dolar AS oleh Korsel karena Praktik Bisnis Tak Adil di Pasar Aplikasi Game

Sementara raksasa teknologi Elon Musk dan Steve Wozniak, bersama dengan puluhan akademisi, menyerukan agar eksperimen AI dihentikan sementara waktu.

"Teknologi tersebut harus 'diaudit secara ketat dan diawasi oleh pakar luar yang independen," bunyi surat terbuka yang ditandatangani bersama oleh Musk dan Wozniak.

Pichai juga memperingatkan potensi risiko AI, yakni penyebaran berita, video, dan gambar palsu akan 'jauh lebih besar'.

"Ini dapat menyebabkan kerugian," tegas Pichai.

Google sebelumnya telah menerbitkan dokumen online yang menyerukan regulasi teknologi untuk memastikan bahwa itu 'menyelaraskan dengan nilai-nilai kemanusiaan termasuk moralitas'.

"Bukan perusahaan yang memutuskan. Inilah mengapa menurut saya pengembangan kebutuhan ini tidak hanya mencakup Insinyur tetapi juga Ilmuwan Sosial, Ahli Etika, Filsuf, dan sebagainya. Masih ada 'kotak hitam' dalam kecerdasan buatan yang 'tidak sepenuhnya kita pahami'," papar Pichai.

Baik ChatGPT dan Bard bukannya inovasi tanpa kesalahan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat