Konflik Sudan: Arab Saudi siap jadi tuan rumah pembicaraan tatap muka antara dua pihak yang bertikai - News
Arab Saudi akan menjadi tuan rumah pertemuan tatap muka pertama antara pihak-pihak yang bertikai di Sudan pada hari Sabtu (06/05), setelah beberapa gencatan senjata gagal.
Sebuah pernyataan bersama Amerika Serikat-Saudi menyambut baik dimulainya "pembicaraan pra-negosiasi" di Jeddah antara tentara Sudan dan kelompok paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF). Pada hari Jumat (05/05), banyak laporan menyebutkan bahwa pertempuran terus berlanjut di Khartoum.
Militer Sudan mengatakan pembicaraan tersebut bertujuan mengatasi masalah kemanusiaan.
Belum ada komentar resmi dari RSF.
Militer mengonfirmasi bahwa mereka telah mengirim utusan ke Jeddah untuk terlibat dalam pembicaraan, yang pelaksanaannya telah didesak oleh PBB dan lembaga-lembaga bantuan, di hadapan krisis kemanusiaan yang parah di Sudan.
Hampir tiga minggu pertempuran sengit telah menewaskan ratusan orang dan membuat hampir 450.000 warga sipil mengungsi. Dari jumlah itu, Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mengatakan, lebih dari 115.000 orang telah mencari perlindungan di negara-negara tetangga.
Sedang terjadi perebutan kekuasaan di Sudan antara komandan militer Jenderal Abdel Fattah al-Burhan - presiden de facto Sudan - dengan pemimpin RSF Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, alias Hemedti.
Pernyataan dari pemerintah AS dan Saudi mengatakan bahwa mereka "mendesak kedua belah pihak untuk mempertimbangkan kepentingan bangsa Sudan dan rakyatnya serta secara aktif terlibat dalam pembicaraan menuju gencatan senjata dan mengakhiri konflik, yang akan menyelamatkan rakyat Sudan dari penderitaan serta memastikan ketersediaan bantuan kemanusiaan ke daerah-daerah yang terdampak".
Pernyataan bersama itu juga mengungkapkan harapan untuk "perluasan proses negosiasi yang seharusnya mencakup keterlibatan dengan semua pihak di Sudan".
- Lima hal kunci untuk memahami apa yang terjadi di Sudan
- Lebih dari 100.000 orang melarikan diri dari Sudan, warga sipil terancam 'malapetaka besar' jika pertempuran tidak diakhiri
- Riwayat dua jenderal yang bertikai di jantung konflik Sudan
Seorang juru bicara UNICEF, James Elder, mengatakan 11 hari pertama konflik saja telah menewaskan sekitar 190 anak-anak dan melukai 1.700 — dan angka-angka tersebut baru dari fasilitas kesehatan di Khartoum dan Darfur. "Angka sebenarnya kemungkinan besar jauh lebih buruk," katanya.
Intensitas pertempuran telah menghambat pengiriman bantuan yang sangat dibutuhkan oleh rakyat.
Sejauh ini Jenderal Burhan dan Hemedti, yang memimpin milisi Arab dalam konflik Darfur yang brutal, belum menunjukkan kesiapan untuk mencapai penyelesaian damai.
Terkini Lainnya
Pernyataan AS-Saudi menyambut negosiasi tatap muka pertama antara kedua pihak yang bertikai di Sudan untuk mengakhiri berminggu-minggu…
BREAKING NEWS: Balon Sampah Korut Mendarat di Kantor Presiden Korsel, Ketegangan 2 Korea Berlanjut
Ribuan demonstran membakar stasiun TV di Bangladesh, 25 orang tewas: Tiga hal yang perlu diketahui
Kasus 107 guru honorer di Jakarta dipecat karena dianggap 'tak sesuai aturan'
Misteri kematian enam orang di kamar Hotel Grand Hyatt Bangkok
Harga tiket pesawat domestik disebut mahal, pengamat beberkan lima penyebab utama di baliknya
Makin banyak kaum muda Indonesia kena serangan jantung, apa saja penyebabnya?
BERITA TERKINI
berita POPULER
BPKH Mulai Persiapkan Akomodasi Musim Haji 2025
Brigade Al Qassam Tembak Jatuh Helikopter Apache Israel di Gaza Pakai Peluncur Rudal SAM 7
Punya Reputasi Tank Terkuat, Bagaimana Bisa Pertahanan Trophy Merkava Gagal Cegat Rudal Buatan Iran?
Korban Tewas di Gaza Tembus 39.000, Netanyahu Isyaratkan Kesepakatan Gencatan Senjata Bisa Terbentuk
Serangan Balasan Segera Tiba, Houthi: Israel Sudah Buka Pintu Neraka, Tentara Yaman Akan Menyerang