androidvodic.com

Keuangan Israel Difisit, PM Benjamin Netanyahu Sepakati Perubahan Anggaran Masa Perang - News

Laporan Wartawan News, Mikael Dafit Adi Prasetyo

News, TEL AVIV – Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu telah menyetujui rencana Kementerian Keuangan mengubah anggaran negara sebagai respons terhadap perang yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza.

"Anggaran masa perang mencakup peningkatan defisit, menyalurkan dana dari belanja pemerintah di kementerian dan memotong perjanjian koalisi," kata pernyataan itu tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Perang Israel dengan Hamas diperkirakan akan menelan biaya miliaran dolar, karena Israel mencatat defisit anggaran sebesar 22,9 miliar shekel atau sekitar 6 miliar dolar AS pada Oktober 2023, dengan alasan lonjakan pengeluaran untuk mendanai perang.

Baca juga: Palestina: Tentara Israel ‘serbu’ RS Al-Shifa di Gaza dengan tank

“Perdana Menteri Netanyahu dan menteri keuangan sepakat untuk menyampaikan anggaran tersebut ke pemerintah dan parlemen Israel sesegera mungkin", kata pernyataan itu, seraya menambahkan bahwa mengurangi "birokrasi dan hambatan" adalah tujuan penting dari perubahan anggaran perang.

Regulator Keuangan Israel Minta Perbankan Berhati-hati

Sebelumnya, regulator keuangan Israel telah meminta bank-bank komersial untuk berhati-hati ketika mengeluarkan dividen dan melakukan pembelian kembali saham, dengan alasan perlunya tetap konservatif serta memberikan kredit ketika negara sedang berperang dan perekonomian akan melambat.

Dalam suratnya kepada bank-bank, pengawas perbankan Israel Daniel Hahiashvilli mengatakan sejak konflik antara Israel dan Hamas dimulai pada 7 Oktober 2023, perkiraan ekonomi telah direvisi turun dan mungkin masih belum mencerminkan penurunan yang diharapkan.

Dia juga memperkirakan pasar keuangan bergejolak, risiko kredit meningkat dan kerugian pinjaman kemungkinan akan meningkat secara signifikan.

“Saat memeriksa rencana modal dan keputusan pembagian dividen, Anda harus mempertimbangkan kondisi baru dan dampak yang terkait dengan hal tersebut, dan untuk memverifikasi bahwa Anda memiliki bantalan modal yang cukup untuk menghadapi berbagai risiko,” ujar Hahiashvilli.

Meski begitu, Hahiashvilli menegaskan sistem perbankan memasuki masa perang dalam keadaan kuat dengan likuiditas tinggi dan penyangga modal yang memadai.

Ia juga tidak melarang dividen dan pembelian kembali seperti yang dilakukan bank sentral pada awal pandemi Covid-19.

“Seiring dengan kenaikan suku bunga, bank-bank telah memperoleh keuntungan besar sejauh ini dan meningkatkan pembayaran dividen pada kuartal II (April-Juni) 2023 hingga sebesar 40 persen dari laba bersih,” katanya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat