androidvodic.com

60 Tentara Bayaran Asal Prancis Tewas Oleh Rudal Rusia, Mereka Disebut Jadi Instruktur Perang - News

News -- Sebanyak 60-an anggota tentara bayaran tewas dalam sebuah serangan dahsyat rudal Rusia di kota Kharkov di Ukraina timur pada awal pekan ini.

Serangan menyasar pada sekumpulan orang-orang yang memang telah menjadi target Vladimir Putin untuk dieliminasi dalam sebuah gedung.

Meskipun pihak Ukraina membantah tentara bayaran yang tewas dan mengklaim warga sipil, akan tetapi akhirnya terungkap bahwa mereka memang tentara bayaran.

Baca juga: IDF Lanjutkan Genosida di Gaza, Rusia: Holocaust Harusnya Tak Buat Israel Kebal Hukum

Hal itu juga dibuktikan dengan mencak-mencaknya Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Usai penyerangan, Emmanuel Macron menyatakan bahwa negaranya tidak bisa membiarkan Rusia memenangkan konflik.

Seorang jurnalis di Kharkov mengatakan kalau korban pengeboman Moskow tersebut adalah para tentara bayaran.

Pemimpin redaksi Donbass Insider Christelle Neant kepada Russia Today mengatakan bahwa korban sebagian besar adalah warga Prancis.

Kementerian Pertahanan Rusia menyebut bahwa target tersebut sebagai tempat berkumpul sementara para pejuang asing. "Mayoritas tentara bayaran tersebut menganut ideologi neo-Nazi," kata Neant dikutip pada Jumat (19/1/2024).

Korban di antara warga negara Perancis telah dibuktikan secara independen, kata Neant, mengutip sumber intelijen dalam negeri Ukraina yang mengindikasikan bahwa “banyak orang berbahasa Perancis yang terluka dirawat di rumah sakit.”

Baca juga: Hubungan Rusia-Korea Utara kian Erat, Putin Diprediksi segera Lakukan Kunjungan ke Pyongyang

“Saya pikir Ukraina terutama menggunakan tentara bayaran asing untuk tujuan media dan memiliki kemampuan untuk meminta lebih banyak senjata. Dari mana datangnya tentara bayaran ini? Mereka adalah instruktur yang mengajari tentara Ukraina cara menangani senjata NATO yang datang dari negara-negara Barat,” katanya.

Penggunaan aktif tentara bayaran asing di militer bukanlah hal baru bagi Ukraina, praktik ini sudah ada sejak tahap awal konflik di Donbass Ukraina, yang meletus setelah kudeta Maidan tahun 2014, menurut Neant.

Dia yakin banyak orang asing yang menganut neo-Nazi dan bekerja untuk Ukraina. Hal ini, jelasnya, kemungkinan besar akan menjadi masalah bagi Barat sendiri dalam jangka panjang.

“Barat menutup mata terhadap fakta bahwa beberapa tentara bayaran ini menganut pandangan neo-Nazi atau sangat nasionalis. Dan itu adalah masalah yang serius, karena orang-orang ini nantinya dapat kembali ke negara asalnya dengan pengalaman tempur yang diperoleh dan, mungkin, senjata impor,” jelas Neant.

Laporan militer Rusia mengenai kematian “tentara bayaran” Prancis dalam serangan jarak jauh di Ukraina menyoroti bahwa Moskow menganggap kombatan asing sebagai target yang sah, kata konsultan politik Earl Rasmussen kepada RT.

Dalam laporannya mengenai konflik Ukraina, Kementerian Pertahanan Rusia secara teratur melaporkan penyerangan terhadap tempat-tempat berkumpulnya “pasukan militer Ukraina, formasi nasionalis, dan tentara bayaran asing”, tanpa merinci kewarganegaraan orang-orang non-Ukraina yang dimaksud.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat