androidvodic.com

Tanpa Latihan Memadai Dikirim ke Garis Depan, Warga Ukraina Tak Ingin Jadi 'Pasukan Bunuh Diri' - News

News -- Pasukan angkatan perang Ukraina kini semakin menyusut dan dikhawatirkan segera habis.

Karenanya Jenderal utamanya, Valery Zaluzhny, telah mengatakan kepada anggota parlemen bahwa mereka perlu segera mengeluarkan undang-undang mobilisasi yang baru atau dia akan kehabisan pasukan untuk berperang.

Pada sisi lain, sebagian warga negara Ukraina mengalami ketakutan dikirim ke medan perang. Mereka tak ingin dijadikan 'pasukan bunuh diri', datang hanya untuk mengantar nyawa ke musuh.

Baca juga: Inggris Kirim Foto ke PBB, Diduga Korea Utara Suplai Roket Balistik ke Rusia untuk Invasi ke Ukraina

Hal ini dikarenakan, mereka tidak dibekali dengan ketrampilan dan senjata yang cukup untuk melawan pasukan Rusia yang dikenal beringas.

Dikutip Russia Today dari Daily Beast, seorang pria Ukraina mesti kucing-kucingan dengan para perekrut tentara Ukraina menghindari mobilisasi karena tak ingin mati sia-sia.

Pria yang hanya mau disebut sebagai Sergei itu mengatakan kalau sudah banyak warga Ukraina yang tewas hanya beberapa hari setelah direkrut dan dikirim ke palagan di Ukraina timur.

“Saya mendengar banyak cerita tentang orang-orang yang dibawa ke jalan dan didorong ke garis depan tanpa banyak pelatihan, dan saya bahkan mendengar cerita tentang orang-orang yang dikirim tanpa pelatihan dan dibunuh hanya dalam beberapa hari,” ujar 'Sergei' kepada Daily Beast.

Karenanya, Sergei mengaku akan berusaha menghindari hal itu selama mungkin. "Saya ingin memiliki masa depan.”

Dari cerita-cerita yang dialaminya membuat ia tidak percaya dengan pemerintahnya sendiri.

Sebenarnya Sergei ingin membantu Ukraina dalam beberapa hal. "Tetapi ia tak ingin berada di garis depan, tapi saya tidak percaya mereka tidak akan membawa saya langsung ke garis depan,” tambahnya.

Sementara warga Ukraina lainnya, 'Alex' pernah mendaftar wajib militer tahun lalu, namun dipulangkan karena terlalu banyak sukarelawan, katanya kepada outlet tersebut.

Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-697, Vladimir Putin Antusias Diundang Kim Jong Un ke Korea Utara

Pria berusia 27 tahun itu mengatakan dia tidak akan menjadi sukarelawan lagi, karena dia takut dijadikan “umpan meriam.”

“Beberapa orang, yang direkrut menjadi tentara untuk menjalankan fungsi lain, akhirnya berada di garis depan setelah beberapa bulan karena seorang komandan berubah pikiran,” katanya.

Ada terlalu banyak cerita di media sosial tentang penyandang disabilitas, atau pelatihan minimal, yang dikirim ke medan perang.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat