androidvodic.com

Gabung Operasi Laut Merah di Yaman, Kapal Perang Jerman Malah Tembaki Drone MQ-9 Reaper AS - News

Gabung Operasi Tempur Laut Merah di Yaman, Kapal perang Jerman Malah Tembaki Drone Reaper AS

News - Sebuah kapal perang Jerman yang ikut serta dalam koalisi Eropa 'anti-Yaman' di Laut Merah secara keliru menembaki pesawat tak berawak MQ-9 Reaper milik Amerika Serikat (AS), negara pemimpin koalisi tersebut.

Menurut laporan media Jerman, mingguan Der Spiegel, penyerangan terhadap drone AS itu digambarkan sebagai insiden 'friendly fire', salah tembak ke teman sendiri.

Baca juga: Ansarallah Houthi: Kedaulatan Dilanggar, Yaman Deklarasikan Perang Terbuka Lawan AS dan Inggris

Dilaporkan, kapal perang Jerman tersebut menembakkan dua rudal ke pesawat UAV tersebut, namun kedua proyektil tersebut jatuh ke laut karena "kerusakan teknis".

Kapal perang Jerman yang dimaksud adalah Fregat "Hesse".

Kapal ini dikerahkan ke Laut Merah awal bulan ini sebagai upaya untuk menggagalkan aksi Blokade Laut Merah oleh Angkatan Bersenjata Yaman dan Gerakan Ansarallah Houthi sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina atas agresi Israel.

Angkatan Bersenjata Yaman telah menargetkan kapal-kapal Israel atau mereka yang menuju pelabuhan Wilayah Pendudukan sebagai penentangan terhadap bombardemen Israel sejak Oktober 2023 di Jalur Gaza yang sejauh ini telah membantai hampir 30.000 warga Palestina.

AS, Inggris, dan belakangan sejumlah negara Eropa -termasuk Jerman- merespons aksi blokade ini dengan melancarkan serangan di Yaman dan patroli pengamanan di kawasan jalur maritim dunia tersebut.

Baca juga: Houthi Izinkan Kapal Inggris yang Tenggelam di Laut Merah Ditowing dengan Imbalan Bantuan ke Gaza 

INDIAN SPRINGS, NV - NOVEMBER 17: (CATATAN EDITOR: Gambar telah ditinjau oleh Militer AS sebelum transmisi.) Taksi pesawat MQ-9 Reaper yang dikemudikan dari jarak jauh (RPA) selama misi pelatihan di Pangkalan Angkatan Udara Creech pada 17 November, 2015 di Indian Springs, Nevada. Pentagon memiliki rencana untuk memperluas penerbangan patroli udara tempur dengan pesawat yang dikemudikan dari jarak jauh sebanyak 50 persen selama beberapa tahun ke depan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan akan pengawasan, pengintaian, dan serangan udara mematikan di lebih banyak wilayah di seluruh dunia. Isaac Brekken / GETTY IMAGES AMERIKA UTARA / Getty Images via AFP
INDIAN SPRINGS, NV - NOVEMBER 17: (CATATAN EDITOR: Gambar telah ditinjau oleh Militer AS sebelum transmisi.) Taksi pesawat MQ-9 Reaper yang dikemudikan dari jarak jauh (RPA) selama misi pelatihan di Pangkalan Angkatan Udara Creech pada 17 November, 2015 di Indian Springs, Nevada. Pentagon memiliki rencana untuk memperluas penerbangan patroli udara tempur dengan pesawat yang dikemudikan dari jarak jauh sebanyak 50 persen selama beberapa tahun ke depan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan akan pengawasan, pengintaian, dan serangan udara mematikan di lebih banyak wilayah di seluruh dunia. Isaac Brekken / GETTY IMAGES AMERIKA UTARA / Getty Images via AFP (Isaac Brekken / GETTY IMAGES AMERIKA UTARA / Getty Images via AFP)

Drone Pengintai Tak Terkait Operasi Laut Merah

Terkait insiden 'Friendly Fire' di Laut Merah ini, dijelaskan kalau kapal perang Jerman melepaskan tembakan setelah gagal mengidentifikasi drone tak dikenal.

Menteri Pertahanan Jerman, Boris Pistorius, menambahkan kalau tembakandari kapal perang negaranya  itu  “tidak mengenai sasaran”

"Pesawat itu kemudian ternyata adalah “drone pengintai (milik AS),” katanya.

Drone tersebut tampaknya tidak ada hubungannya dengan koalisi angkatan laut pimpinan Amerika Serikat yang juga beroperasi di Laut Merah untuk menghadapi Blokade Laut Merah Yaman.

Surat kabar Frankfurter Allgemeine mengatakan “sudah menjadi rahasia umum kalau drone tempur Amerika digunakan di wilayah tersebut dan tidak ada hubungannya dengan operasi [yang dipimpin AS] di Laut Merah.”

Hal itu menunjukkan, ada-tidaknya aksi blokade Laut Merah, drone pengintai AS memang sudah secara terus-menerus memantau di kawasan.

Dalam ulasannya, Spiegel mengatakan para pejabat militer yakin kalau insiden tersebut menunjukkan bahwa koordinasi antara sekutu yang terlibat dalam berbagai misi di wilayah sekitar Yaman “perlu ditingkatkan.”

(oln/pt/*)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat