androidvodic.com

Serbu Lagi RS Al-Shifa, Israel Pertontonkan 3 Masalah Besar, Hamas Masih Bercokol di Gaza Utara - News

Serbu Lagi RS Al-Shifa, IDF Pertontonkan 3 Masalah Besar, Hamas Masih Bercokol di Gaza Utara

News - Surat kabar The Guardian menyebutkan penyerbuan kembalinya tentara pendudukan Israel (IDF) ke kompleks Rumah Sakit Al Shifa, di Kota Gaza, Senin (18/3/2024) adalah bukti kemampuan dan ketabahan para pejuang Hamas lebih dari apa yang dikatakan para pejabat Israel.

Laporan itu menjelaskan, penyerbuan RS Al-Shifa pada November 2023 silam merupakan klimaks pertama dari agresi darat Israel terhadap Gaza yang dimulai tahun lalu, setelah Operasi Banjir Al-Aqsa oleh Hamas.

Saat itu, penyerbuan Israel disertai dengan dugaan keberadaan markas pimpinan Hamas, di bawah rumah sakit. Tuduhan ini belakangan terbukti salah.

Baca juga: Gaza Selatan Meledak Lagi, Tank IDF Hangus, Tentara Israel Panggil Bala Bantuan di Gerbang Al-Zaytun

"Setelah tiga bulan, penyerbuan tentara IDF terhadap kompleks medis tersebut pada Senin merupakan pengakuan tersirat bahwa kendali atas wilayah utara telah lepas dari tangannya," tulis Khaberni mengutip laporan tersrbut. ‏

Laporan itu menunjukkan secara jelas kalau Hamas masih aktif di daerah-daerah di mana Israel mengumumkan telah menetralisirnya.

Pecahnya pertempuran di lingkungan Zaytoun dan Beit Hanoun menjadi tanda lain kalau klaim Israel menguasai Gaza Utara masih jauh dari kenyataan.

Surat kabar tersebut mengatakan bahwa ada tiga hal yang dipertontonkan IDF saat kembali menyerbu RS Al-Shifa pada Senin kemarin.

Baca juga: Terbongkar Tujuan Israel Serbu Lagi RS Al-Shifa dan Bunuh Brigadir Jenderal Fayeq Al-Mabhouh

"Yang pertama adalah bahwa Hamas, meskipun menderita kerugian, masih memiliki jumlah orang bersenjata yang cukup dan sistem kepemimpinan fungsional yang cukup untuk melancarkan serangan sporadis terhadap pasukan Israel, dan dalam hal ini dibantu oleh kehadiran sistem terowongan," tulis laporan tersebut.  

Masalah kedua, menurut laporan itu adalah Israel mendemobilisasi sebagian besar tentara cadangannya dan memindahkan unit reguler besar ke perbatasan utara atau Tepi Barat yang didudukinya.

"Karena fase serangannya saat ini berfokus pada penggantian konfrontasi militer darat yang jumlahnya banyak dengan pasukan kecil, yang sebagian besar di antaranya adalah pasukan kecil dan terbatas pada apa yang disebut “benteng” di pinggiran pusat pemukiman atau di titik-titik strategis seperti persimpangan jalan," tulis laporan itu.

Artinya, Hamas bertempur tidak dengan kekuatan besar yang bergerombol, melainkan dengan formasi pasukan kecil namun rutin menyerang.

Di sisi lain, keputusan untuk mendemobilisasi pasukan IDF tidak teratur dikaitkan dengan alasan ekonomi dan politik.

Baca juga: Antrean Panjang, Tentara IDF Harus Tunggu Dua Bulan Baru Dapat Layanan Kesehatan Mental

Pengungsi Palestina berkumpul di halaman rumah sakit Al-Shifa Gaza pada 10 Desember 2023, ketika pertempuran terus berlanjut antara Israel dan kelompok militan Hamas di wilayah Palestina. Ratusan tenda darurat berdiri di lokasi terpencil di kaki reruntuhan rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza, tempat setidaknya 30.000 orang mengungsi di antara tumpukan puing dan sampah setelah pasukan Israel menggerebek fasilitas medis tersebut bulan lalu, seorang koresponden AFP melaporkan dari rumah Sakit.
Pengungsi Palestina berkumpul di halaman rumah sakit Al-Shifa Gaza pada 10 Desember 2023, ketika pertempuran terus berlanjut antara Israel dan kelompok militan Hamas di wilayah Palestina. Ratusan tenda darurat berdiri di lokasi terpencil di kaki reruntuhan rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza, tempat setidaknya 30.000 orang mengungsi di antara tumpukan puing dan sampah setelah pasukan Israel menggerebek fasilitas medis tersebut bulan lalu, seorang koresponden AFP melaporkan dari rumah Sakit. (AFP)

Hamas Akan Terus Hidup dan Menghantui Israel

"Adapun hal ketiga terkait dengan perang, yang seperti alam, membenci kekosongan. Meskipun Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menolak untuk secara serius membahas rencana realistis pemerintahan di Gaza setelah perang, ia tampaknya menginginkan kekacauan di sebagian besar wilayah Jalur Gaza setelah Israel menyelesaikan misi yang dinyatakannya, yaitu untuk “mengakhiri” Hamas," tulis ulasan tersebut.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat