androidvodic.com

Setelah Serangan Teror Moskow, Akankah Citra Putin Memburuk? - News

"Putin mundur!"

Yel-yel ini pernah terdengar pada 2018 setelah kebakaran besar terjadi di sebuah mal di Siberia, seminggu setelah pemilihan presiden (pilpres) Rusia pada tahun itu, yang memberikan Vladimir Putin masa jabatan kedua berturut-turut sebagai presiden dan yang keempat kali secara keseluruhan.

Namun, setelah serangan teror di lokasi konser Crocus City Hall, Moskow, pada Jumat (22/03), slogan "Kami berduka" justru menyelimuti seluruh kota, di mana Rusia berduka atas tewasnya sekitar 139 nyawa pada insiden tersebut.

Hanya lima hari setelah Pilpres Rusia 2024, di mana Putin memperpanjang masa jabatannya kembali selama enam tahun, orang-orang bersenjata yang mengenakan pakaian kamuflase menyerbu aula gedung tersebut dan menembak brutal orang-orang dari jarak dekat serta melemparkan sejumlah bom.

Kelompok yang menamakan diri "Negara Islam Provinsi Khorasan” (ISIS-K) mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu. Washington mengatakan bahwa tak ada alasan untuk meragukan klaim kelompok ekstremis tersebut, yang merupakan cabang kelompok militan transnasional "Negara Islam" (ISIS) di Afganistan.

Akankah kesalahan ini ditimpakan kepada Presiden Putin, di mana intelijen Rusia melihat insiden ini sebagai kesalahan serius?

Kremlin menyalahkan Kyiv untuk 'membenarkan perangnya di Ukraina'

Setidaknya tujuh tersangka telah didakwa melakukan pelanggaran terkait aksi teror tersebut. Menurut kantor berita pemerintah Rusia, TASS, empat orang di antaranya merupakan warga negara Tajikistan, yang dikenal pula sebagai wilayah perekrutan anggota ISIS.

Meskipun ada bukti kuat yang mendukung klaim ISIS bahwa pihaknya melakukan serangan tersebut, saluran televisi dan pejabat tinggi Rusia justru membuat tuduhan yang belum dapat diverifikasi, yang menunjuk adanya keterlibatan Ukraina. Putin sendiri mengisyaratkan hal yang sama dalam pidato kenegaraannya pada Sabtu (23/03).

Dua hari setelah insiden teror itu, Putin mengakui bahwa serangan itu dilakukan oleh ISIS. Namun, pada saat yang sama, dia juga mengulangi tuduhannya terhadap keterlibatan Ukraina. Tuduhan itu menjadi upaya Putin dalam mengalihkan perhatian dari kegagalan keamanan pemerintahannya dan untuk memberikan pembenaran atas invasi Rusia ke negara tetangganya itu.

Para analis mengatakan bahwa para pejabat Rusia dan para pro-Kremlin turut menyalahkan Kyiv atas aksi teror mematikan itu, hanya untuk mempertahankan tindakan mereka.

"Rusia ingin menggunakan apa saja untuk membenarkan perang Ukraina, dan kini mereka mencoba menggunakan serangan teroris ini untuk membenarkannya," kata Vera Mironova, penulis Rusia-Amerika, kepada DW.

Menurut Mironova, hal ini bisa menjadi masalah bagi Ukraina, karena Moskow mungkin akan mengintensifkan serangannya.

Meskipun Kyiv telah membantah keterlibatannya, dan tidak ada bukti bahwa Ukraina ikut berperan dalam serangan teror di Moskow itu, Mironova mengatakan warga Rusia mungkin akan mempercayai narasi Kremlin karena adanya propaganda yang persuasif.

Pemerintahan Putin dihantui tantangan keamanan

Namun, setelah 24 tahun pemerintahan Putin dan dua tahun perang dengan Ukraina, serangan teror kali ini mungkin akan memberikan konsekuensi politik. Kegagalan keamanan seperti serangan pada Jumat lalu, mungkin akan merusak citra presiden Rusia itu sebagai penjamin pelindung warga negara yang kuat dan bersatu.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat