androidvodic.com

Pameran Otomotif Beijing: Peluang Terakhir buat Produsen Jerman? - News

Tidak ada negara lain di dunia yang memproduksi mobil listrik sebanyak Cina. Pasar di Cina sebabnya dipandang sebagai medan persaingan paling sengit bagi produsen otomotif Barat yang bertaruh dominasi.

"Pada bulan April kita kembali melihat gelombang pemotongan harga. Persaingan harga yang ketat akan terus berlanjut di masa depan,” kata anggota direksi Volkswagen, VW, Ralf Brandstätter jelang pameran otomotif Beijing yang dimulai pada Kamis (25/4).

Dalam dua tahun, Brandstätter menjamin VW akan mampu menghadapi persaingan harga di Cina, antara lain melalui subsidi silang, yakni menginvestasikan laba dari penjualan kendaraan konvensional untuk membiayai pengembangan mobil listrik.

"Rencana dua tahun tersebut membiaskan masa-masa sulit bagi Volkswagen," kata analis otomotif Jerman Jürgen Pieper.

"Volkswagen Group berada di bawah tekanan besar di Cina dan harus menghadapi persaingan harga yang sangat ketat. Dalam dua tahun mereka sudah ingin bisa mengejar ketertinggalan. Tapi niat tersebut lebih berupa harapan," ujarnya.

Dominasi BYD di pasar elektrik

Cina adalah pasar terbesar bagi produsen otomotif Jerman, seperti Mercedes, BMW dan Volkswagen Group yang juga mencakup merek Audi. Tapi jika keunggulan Jerman dalam teknologi pembakaran internal, ICU, nyaris tidak tertandingi, lain halnya dengan kendaraan elektrik.

Saat ini, BYD telah menggeser Volkswagen sebagai produsen mobil terbesar di Cina. Perusahaan bernama Build Your Dreams itu sejak awal bertaruh pada pasar mobil elektrik, antara lain dengan mengembangkan teknologi baterai, ketika pabrikan Eropa memilih untuk terus mengembangkan mesin ICU paling efisien dan hemat bahan bakar.

Saat ini, BYD menguasai 25 persen pangsa pasar kendaraan elektrik di Cina. Sebagai perbandingan, produsen mobil listrik AS Tesla mencatatkan pangsa pasar sebesar 12 persen dan Volkswagen cuma lima persen.

Momentumnya dianggap krusial, karena tahun ini saja penjualan kendaraan elektrik di Cina akan mencapai 40 persen pangsa pasar. Adapun tahun depan, separuh kendaraan yang dijual di Cina harus bertenaga listrik.

Lesunya pasar mobil elektrik

Faktor paling besar yang menghambat pengembangan mobil elektrik adalah lesunya pasar otomotif di Cina. Dalam hal ini, Volkswagen termasuk yang paling terdampak, karena berkecimpung di level menengah ke bawah. BMW atau Mercedes sebaliknya tergolong aman karena fokus membidik pasar kendaraan mewah.

Turunnya angka permintaan di Cina turut membebani Tesla. Buntutnya, pabrikan asal Texas, AS, itu menawarkan model lebih murah yang mendorong produsen lain menurunkan harga dan memperkecil margin keuntungan.

Melemahnya penjualan mobil listrik juga dirasakan di Jerman, akibat tingginya harga pembelian dan minimnya jejaring infrastruktur pengisian daya. Terlebih, dengan suku bunga yang tinggi, konsumen terdorong untuk membeli dengan uang tunai, tanpa melalui kredit, yang akibatnya menghambat minat membeli.

Menurut Otoritas Transportasi Jerman, KBA, penjualan mobil elektrik pada kuartal pertama tahun ini anjlok sebesar 14 persen.

Penghematan di Tesla dan VW

Tesla menanggapi lesunya pasar elektrik dengan memutuskan hubungan kerja sepuluh persen pegawainya di seluruh dunia. Pada Rabu (24/4) malam jelang pameran otomotif di Beijing, direktur Tesla Elon Musk mengumumkan penurunan laba untuk pertama kali dalam empat tahun terakhir.

Menurut laporan tersebut, keuntungan perusahaan berkurang separuhnya, sementara penjualan kendaraan baru pada kuartal pertama tahun ini menurun sebanyak sembilan persen ketimbang 2023. Akhir pekan lalu, Tesla kembali menurunkan harga untuk sejumlah modelnya.

Gejolak pasar mobil elektrik dunia, ikut memaksa Volkswagen membenahi produksi. Di markasnya di Wolfsburg, VW mengumumkan rencana memangkas anggaran pegawai administrasi sebanyak 20 persen.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat