androidvodic.com

Khawatir Perang Israel-Lebanon, AS akan Bujuk Netanyahu, tapi Jerman Salahkan Hizbullah - News

News - Kemungkinan terjadinya perang antara Israel dan Lebanon, telah menimbulkan kekhawatiran bagi sejumlah negara-negara internasional.

Sejumlah negara meningkatkan kewaspadaan mereka, mengingat potensi perang Israel-Lebanon yang mungkin akan ada campur tangan Iran.

Terlebih, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyalahkan Iran baru-baru ini, terkait perang di wilayah pendudukan.

"Kita sedang berjuang demi eksistensi kita. Serangan terhadap kami, yang dipimpin Iran, adalah upaya terbuka untuk menghancurkan kita," kata Netanyahu pada Knesset, Senin (24/6/2024), dilaporkan The Jerusalem Post.

Ia menambahkan, Iran dan gerakan Poros Perlawanan telah berkonspirasi untuk "menyerang" wilayah-wilayah pendudukan Israel.

Pernyataan Netanyahu yang memicu kekhawatiran beberapa negara itu turut menjadi perhatian sekutunya, Amerika Serikat (AS).

AS Menolak Perang

AS secara jelas sudah menyatakan penolakannya terhadap perang Israel-Lebanon.

Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, memastikan pihaknya akan terus "membujuk" Netanyahu untuk tidak melakukan eskalasi lebih lanjut dengan Hizbullah.

"Kami tidak ingin melihat perang skala penuh dengan Hizbullah. Kami pikir harus ada resolusi diplomatis terhadap konflik di perbatasan Israel-Lebanon," kata Miller, dilansir Al Mayadeen.

Pernyataan Miller ini menyusul perjalanan utusan AS, Amos Hochstein, ke Israel dan Lebanon dalam upaya untuk menekan kemungkinan perang skala penuh antara dua negara itu.

Jerman Salahkan Hizbullah

Berbeda dari AS, Jerman berencana mendatangi Beirut, Ibu Kota Lebanon, untuk melakukan pembicaraan dengan mitra negara itu demi mengurangi ketegangan antara Israel dan Lebanon.

Baca juga: 5 Situs di Israel Diserang Drone dan Roket Hizbullah, Termasuk Markas Besar Batalyon Sahel

Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, tak segan-segan menyalahkan Hizbullah karena dukungan kelompok perlawanan itu terhadap Gaza, justru memicu perang meluas.

Ia juga mengklaim Israel punya hak untuk mempertahankan diri dari serangan Hizbullah.

"Hizbullah-lah yang memulai kekerasan ini, memaksa puluhan ribu warga Israel meninggalkan rumah mereka. Tidak ada negara di dunia ini yang bisa menerima hal itu," ujar dia.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat