androidvodic.com

Persoalan Gizi Anak Tak Hanya Stunting, Tapi Juga Obesitas Akibat Konsumsi Makanan Tak Terkontrol - News

Laporan Wartawan News, Eko Sutriyanto

News, JAKARTA - Permasalahan gizi kronis pada balita tak pernah putus, sebab asupan makanan yang tak sesuai kandungan gizi telah masih lumrah di masyarakat.

Kondisi itulah yang kemudian mengakibatkan pertumbuhan kognitif dan fisik anak terganggu.

Ketua Harian Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI), Arif Hidayat mengatakan, saat ini persoalan gizi tidak hanya menyangkut stunting, melainkan juga resiko anak kelebihan berat badan atau obesitas.

“Konsumsi makanan dan minuman yang tidak terkontrol saat ini banyak terlihat di anak Indonesia. Salah satu akibatnya yaitu anak menjadi gagal tumbuh karena tidak mendapatkan nutrisi yang tepat," katanya saat webinar nasional Edukasi Gizi hasil kolaborasi antara Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) bersama Ikatan Guru Aisyiyah Bustanul Athfal (IGABA), Senin (30/5/2022).

Arif mencontohkan pemberian susu kental manis pada anak yang dalam proses tumbuh kembang yang akan menjadi pemicu tersebut.

Baca juga: Pentingnya Intervensi Kebijakan Sebagai Daya Dobrak Selesaikan Masalah Gizi Buruk dan Stunting

"Orangtua sudah seharusnya paham jika susu kental manis hanya dikonsumsi untuk topping pada makanan dan minuman saja, bukan untuk dikonsumsi sebagai minuman terlebih pengganti susu bubuk maupun Air Susu Ibu (ASI),” kata Arif.

Piprim Basarah Yanuarso mengatakan, untuk mencegah stunting, penting asupan protein hewani bagi anak seperti ikan, terlur dan susu.

Ini disebabkan protein hewani mengandung asam amino yang diperlukan untuk tumbuh kembang anak.

"Bila anak kekurangan asam amino essential dapat menjadi potensi terjadinya stunting," katanya.

Dikatakannnya, konsumsi telur dan daging di Indonesia terutama pada anak-anak di Indonesia cukup rendah, padahal kedua bahan pangan tersebut merupakan salah satu pencegah stunting yang cukup efisien.

"Literasi gizi pada anak-anak PAUD juga dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan yang menyenangkan dengan konsumsi telur dan daging, agar anak juga senang untuk mengkonsumsinya,” katanya.

Sementara Ketua Pimpinan Pusat (PP) Aisyiyah, Prof. Dr. Masyitoh Chusnan, M. Ag mengatakan, dalam lingkup organisasi Aisyiyah, guru merupakan ujung tombak pendidikan. Karena itu guru dituntut untuk memiliki kompetensi serta cerdas akan literasi.

Hal ini dikarenakan untuk memberikan pemahaman kepada anak, karena terkadang anak lebih mendengar gurunya sendiri dan dapat menasehati orang tua dari anak tersebut.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat