androidvodic.com

70 Persen Pria Terlambat Sadari Kena Kanker Prostat, Lakukan Deteksi Dini Saat Usia 40 tahun  - News

Laporan Wartawan News Eko Sutriyanto 

News, JAKARTA - Sebanyak 70  persen pria yang terdiagnosa dengan kanker prostat baru mencari pengobatan medis ketika sudah terlambat.

Karena itu deteksi dini kanker prostat sangat diperlukan untuk pria dimulai pada usia 40 tahun.

Sebanyak 70  persen pria yang terdiagnosa dengan kanker prostat baru mencari pengobatan medis ketika sudah terlambat.

Seiring perkembangan teknologi kedokteran, makin banyak peralatan untuk menditeksi kanker prostat ini.

Salah satunya adalah  Prostate Health Index (PHI), alat pemeriksaan darah baru yang baru dikerjakan langsung di Indonesia dan bersifat non-invasive yang juga teersedia di RS Graha Kedoya. 

Baca juga: Penggunaan Obat Herbal Jadi Alternatif Mengatasi Gangguan Pembesaran Kelenjar Prostat

PHI memiliki kemampuan 2,5 kali lebih spesifik dalam mendeteksi adanya kanker prostat, dibandingkan dengan pemeriksaan Prostate Specific Antigen (PSA) pemeriksaan PHI yang selama ini dilakukan terbukti menurunkan keperluan biopsi prostat yang bersifat invasif.

PSA dilakuan dengan pemeriksaan darah yang mengukur level antigen untuk mendeteksi secara dini kanker prostat yang paling sering digunakan saat ini di Indonesia.

Sel kanker cenderung memproduksi PSA lebih banyak, sehingga pada pasien dengan kanker prostat terdapat lonjakan level PSA ketika pemeriksaan dilakukan namun penggunaan PSA sebagai skrining seringkali menyebabkan over-diagnosis dan meningkatkan biopsi yang tidak perlu.

Hal ini disebabkan karena beberapa penyakit juga meningkatkan kadar PSA selain kanker, antara lain Benign Prostatic Hyperplasia (BPH), inflamasi, faktor usia, dan penggunaan obat-obatan tertentu.

Keputusan biopsi pada pasien dengan kriteria klinis mengarah pada kanker prostat tidaklah mudah karena lebih dari dua pertiga pria dengan hasil pemeriksaan rektal digital tanpa kelainan dan hasil tPSA berkisar 4 sampai 10 ng/mL, memberikan hasil bukan kanker sedangkan, tindakan biopsi sendiri merupakan tindakan invasif yang dapat menyebabkan berbagai komplikasi pada pasien seperti perdarahan, nyeri dan infeksi.

Dr. Johanes W. Sulistyo, Sp.U dokter spesialis Urologi RS Grha Kedoya mengatakan, mendengar kata biopsi bagi pasien sangat menakutkan karena biopsi  merupakan suatu prosedur medis untuk mengangkat sampel jaringan tubuh lalu diamati di bawah mikroskop.

"Sampai saat ini biopsi prostat masih menjadi teknik diagnostik (gold standard) dalam mendeteksi kanker prostat.

Biopsi prostat dilakukan jika didapatkan tiga indikasi umum, yaitu: kelainan pada pemeriksaan rektal digital, peningkatan kadar PSA, dan kecurigaan klinis kanker prostat," kata Johanes.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat