androidvodic.com

Bahas Bahaya BPA pada AMDK dengan Dokter Richard Lee, Guru Besar UI Jelaskan Alasan PET Lebih Aman - News

News - Isu tentang bahaya Bisfenol A (BPA) pada Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) terus menjadi sorotan berbagai pihak. Salah satunya yang terbaru, datang dari Dokter Richard Lee yang mendiskusikan bahaya BPA serta keunggulan bahan PET (Polyethylene Terephthalate) dalam sebuah video berdurasi satu jam di kanal YouTube resminya.

Potensi bahaya BPA pada AMDK ini sebenarnya sudah beberapa kali disoroti oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI dan kalangan pakar. Bahkan, BPOM berinisiatif merencanakan pelabelan pada galon isi ulang polikarbonat sebagai upaya untuk melindungi kesehatan konsumen di seluruh Indonesia. 

“Dalam rangka memberikan perlindungan kepada masyarakat dan memberi informasi yang benar dan jujur, BPOM berinisiatif melakukan pengaturan pelabelan AMDK pada kemasan plastik dengan melakukan revisi peraturan BPOM Nomor 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan,” demikian kata Kepala BPOM, Penny K. Lukito, sebagaimana tertulis dalam rilis resmi di situs web BPOM.

Dengan keresahan yang sama, Dokter Richard Lee sebelumnya sudah pernah membahas bahaya dari BPA. Kali ini, ia mengundang seorang Guru Besar Universitas Indonesia, Prof. Mochamad Chalid untuk kembali membahas bahaya BPA pada AMDK. 

Baca juga: Temuan BPOM Tunjukkan Tingginya Risiko Migrasi BPA pada AMDK, Pelabelan jadi Upaya Lindungi Konsumen

Bersama-sama edukasi tentang bahaya BPA ke masyarakat

Dalam perbincangannya dengan Dokter Richard Lee, Prof. Mochamad Chalid menyebut bahwa penggunaan bahan PET dinilai lebih aman dibandingkan dengan bahan lain 

“Ya (lebih aman menggunakan AMDK berbahan PET). Karena PET ini, yang saya lihat tidak dipakai ulang, berarti relatif lebih aman. Karena sekali pakai tadi ya, berbeda dengan PC, yang bisa terpengaruh suhu, waktu, keasaman dan recycling (daur ulang kemasannya),” ucap Prof. Chalid dalam podcast bersama Dokter Richard Lee. 

Lebih lanjut, Dokter Richard Lee mengungkapkan keresahannya terkait risiko paparan BPA terhadap bayi. Pasalnya, botol minum bayi kini memang sudah BPA free. Akan tetapi, air minum yang digunakan dan dikonsumsi tetap berasal dari galon yang mengandung BPA.

“Ya, memang ini agak sesuatu, maka sebenarnya harapan kita ini bisa menjadi concern bersama. Oleh karena itu, kita sangat-sangat merekomendasikan adanya satu pembenahan, mungkin jika bicara ekstremnya, substitusi bahan baku, tapi tidak bisa langsung linear karena agak sulit,” ucap Prof Chalid. 

Prof Chalid kemudian menjelaskan juga perubahan-perubahan bahan baku sulit dilakukan karena bisa mengubah total suatu industri.

“Maka itu perlu dilakukan langkah di hilirnya, dengan adanya pelabelan-pelabelan, yang sebenarnya merupakan upaya untuk memberikan edukasi pada masyarakat bahwa beberapa galon mengandung BPA. Dan ini juga memberikan fasilitas kepada produsen untuk melakukan tanggung jawab mereka terhadap konsumen sebagaimana diatur dalam undang-undang,” jelasnya lagi. 

Prof Chalid juga sempat membahas permasalahan dari sisi bisnis dan produksi bahan baku PET dan polikarbonat (PC). Fakta yang ia ungkapkan tentang perbedaan bahan baku PET dan polikarbonat cukup membuat Dokter Richard Lee terkaget-kaget. 

“Sebenarnya kalau dari sisi harga, polikarbonat itu basisnya masih dari luar negeri atau impor. Sementara PET, bahan bakunya sudah diproduksi di Indonesia jadi akan lebih murah dan menguntungkan. Itulah yang saya kurang paham kenapa perusahaan AMDK tidak beralih (ke bahan baku PET), namun saya tidak bisa menjawabnya,” jelas Prof Chalid. 

Faktanya, AMDK galon berbahan polikarbonat memang sudah dilarang di berbagai negara. Pelarangan ini didasari atas penggunaan ulang galon polikarbonat berulang kali, pencucian dengan sabun ber-pH tinggi, serta suhu, penggunaan yang berulang dalam waktu yang lama, yang diyakini akan meningkatkan risiko pelepasan BPA ke dalam air minuman yang dikonsumsi. 

BPA yang masuk ke dalam air minuman yang dikonsumsi inilah yang dapat menyebabkan gangguan bagi kesehatan konsumen, bahkan berisiko menyebabkan penyakit serius. Beberapa risiko kesehatan yang dapat timbul di antaranya adalah gangguan kesuburan pria dan wanita, meningkatkan risiko obesitas, diabetes tipe 2 hingga penyakit jantung, serta mengakibatkan gangguan perkembangan otak pada janin dan anak. 

Demi kesehatan serta masa depan generasi yang akan datang, Prof Chalid pun mengajak masyarakat untuk mengambil inisiatif secara langsung meski pemerintah akan segera menerapkan kebijakan pelabelan BPA pada setiap produk AMDK. Hal ini dapat dilakukan dengan inisiatif beralih ke AMDK berbahan PET, yang memang lebih aman dan bebas dari BPA.

Baca juga: Branding Kemasan Sehat Ala Pelaku Industri AMDK Tuai Respon Positif

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat