androidvodic.com

Kenali Tanda dan Penyebab Gangguan Pendengaran, Bisa Dideteksi Sejak Dini - News

Laporan Wartawan News, Rina Ayu

News,JAKARTA - Merujuk data Riskesdas Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) pada 2013, kasus gangguan pendengaran penduduk di atas 5 tahun sebanyak 2,6 dari seluruh wilayah di Indonesia atau 2 hingga 3 anak dari setiap 100 anak mengalami gangguan pendengaran.

Deteksi dini terkait masalah pendengaran penting dilakukan bagi semua usia mulai dari bayi hingga lansia.

Ketua Perhati-KL Sumatera Selatan, Bangka Belitung dr. Dwi Prawitasari Radhiatni, Sp.T.H.T.B.K.L mengatakan, semakin dini terdeteksi maka risiko yang dialami makin minim.

"Semakin banyak pihak yang terlibat dari mencegah hingga mengatasi gangguan pendengaran, maka risiko dampak yang tak tertangani semakin minim," ucap dr Dwi ditulis, Selasa (4/6/2024).

Baca juga: Hari Pendengaran Sedunia 2024, 5 Persen Populasi Dunia Perlu Rehabilitasi dari Gangguan Pendengaran

Mengutip dari Kemenkes, gangguan pendengaran bisa berupa tuli  sejak lahir  (Tuli Kongenital), sumbatan dari kotoran telinga, otitis media supuratif kronik (OMSK/Congek), gangguan  Pendengaran Akibat Bising (GPAB), serta tuli karena usia lanjut (Presbikusis).

Terdapat tiga penyebab gangguan pendengaran yakni karena sensorineural, konduktif, maupun campuran keduanya.

Gangguan sensori atau saraf terjadi pada telinga bagian dalam.

Kemudian, paparan suara keras, proses penuaan, obat-obatan yang merusak telinga (ototoksik), penyakit tertentu (misalnya meningitis), faktor genetik, trauma kepala, dan kelainan struktur pada telinga dalam.

Ada pula karena penumpukan kotoran telinga, infeksi telinga, kerusakan gendang telinga, benda asing, kelainan bentuk telinga maupun trauma pada telinga, serta sebab lainnya.

Ketika Anda sering menyalakan radio, televisi dan musik dengan volume yang tinggi bisa menjadi tanda Anda mengalami gangguan pendengaran.

Selain itu tanda-tanda lainnya adalah, sering meminta lawan bicara untuk mengulangi pembicaraan yang sedang berlangsung, telinga berbunyi atau berdengung (tinnitus), sering berbicara dengan keras tanpa disadari.

Dari sejumlah penelitian disebutkan bahwa 60 persen gangguan dengar disebabkan oleh sesuatu yang bisa dicegah.

Karena itu, segeralah melakukan deteksi dini saat mengalami tanda-tanda gangguan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat