androidvodic.com

Tanggul Pemecah Ombak Selesai Dibangun, Warga Desa Poigar Dan Tiberias: Air Sudah Tidak Naik - News

News - Suasana Pantai Poigar yang terletak di Desa Tiberias dan Desa Poigar, Kecamatan Poigar, Kabupaten Minahasa Selatan tampak sepi ketika dikunjungi oleh tim Direktorat Jenderal (Ditjen) Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bersama Balai Wilayah Sungai Sulawesi I, Selasa (22/10/2019).

Mayoritas penduduk kedua desa tersebut bermata pencaharian sebagai petani di siang hari.

"Di sini kalau siang sepi, pada ke kebun atau sawah masing-masing. Kalau sore baru mulai melaut," jelas Pardi Sasela (52).

Di bibir pantai terlihat perahu-perahu nelayan bersandar. Perahu-perahu tersebut hanya berjarak beberapa meter dari air lantaran sudah ada tanggul pemecah ombak.

Tanggul ini memang membuat nelayan tidak bisa melabuhkan perahunya lebih jauh lagi. Namun tentu manfaatnya lebih dari itu. Tanggul pemecah ombak yang dibangun dan selesai pada tahun 2018 ini memiliki panjang sekira 250 meter.

Biaya pembangunan memakan Rp 3 milyar untuk total 250 meter tersebut. Untuk menjamin ombak benar-benar terpecah, tanggul ini menggunakan konsep two protection yang terdiri dari pasangan buis beton segi 8 dan batu boulder di depannya.

Dengan komponen bangunan yang sedimikian rupa, tentu hasilnya sangat bermanfaat bagi warga sekitar. Kebermanfaatannya pun mempertimbangkan kondisi desa sekitar pantai

Di Desa Tiberias dan Poigar banyak rumah-rumah warga yang masih semi permanen dan terletak tidak jauh dari bibir pantai.

"Sebenarnya tidak apa-apa ada rumah di pinggir pantai, asal jangan terlalu dekat dengan air. Minimal sekitar 100 meter dari bibir pantai," jelas Claudia (41), PPK Sungai dan Pantai SNVT PJSA Balai Wilayah Sungai Sulawesi I.

Menurut kesaksian Raymond (38), selaku Sekretaris Desa, sebelum adanya tanggul pernah terjadi bencana ombak besar yang naik hingga ke bahu jalan.

"Kejadiannya berlangsung selama dua hari, itu pada tahun 2014. Saat itu rumah warga yang di pinggir pantai sini rusak parah dan banyak pohon tumbang, sehingga banyak warga yang harus mengungsi ke rumah saudara atau tetangga," jelasnya.

Pardi juga ikut menambahkan, meski hingga kini masih banyak rumah warga yang berada di bibir pantai ombak sudah tidak pernah lagi mencapai rumah-rumah tersebut karena sudah terhalang oleh tanggul.

Masyarakat pun dirasa sangat kooperatif. Meski nelayan harus mengangkat perahunya jika ada ombak besar, hal itu bukanlah masalah.

"Yang penting buat kepentingan masyarakat luas dulu. Kalau mengangkat perahu kan bisa bergotong-royong bersama penduduk lainnya," tambah Pardi yang berprofesi sebagai nelayan ini.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat