androidvodic.com

Pendiri Universitas Jayabaya Kisahnya Dibukukan oleh Putranya - News

News, JAKARTA - Kurnia P Moeslim Taher selama empat tahun menulis buku biografi tentang kedua orang tuanya. Pembaca tentu penasaran, siapa sih kedua orang tua Kurnia itu? Kedua orang tuanya tidak lain adalah Moeslim Taher dan Yuyun Moeslim Taher, pendiri Universitas Jayabaya sekaligus juga 'Pengantin Pendirikan'..

''Buku ini menjadi sebuah bentuk pengabdian saya kepada orangtua. Untuk menuliskan buku ini butuh waktu hampir empat tahun karena saya sebenarnya bukanlah seorang penulis buku,'' ungkap Kurnia P Moeslim Taher yang akrab disapa Kang Ikur saat peluncurkan bukunya di kampus Jayabaya Jakarta, Minggu (23/6/2013).

Isi buku setebal 163 halaman ini direkonstruksi tentang bagaimana pasangan muda Moeslim-Yuyun merintis sebuah universitas sekaligus juga bercerita tentang upaya kontribusi mencerdaskan anak bangsa. Sebuah ikhtiar yang saat itu terkesan cukup nekat. Kala itu, seperti ditulis di dalam buku, 'Sang Pengantin Pendidikan' tersebut sebenarnya belum pernah merasakan bangku kuliah.

''Bahkan ketika itu, Yuyun masih duduk di bangku SMA,'' kata Kang Ikur.

Untuk bisa membesarkan Jayabaya seperti sekarang, Moeslim-Yuyun rupanya tidak melakukannya dengan cara instan. Pasangan ini menyimpan totalitas bekerja. Sebuah totalitas yang kiranya patut dijadikan teladan bagi para elite bangsa ini yang cenderung bersikap pragmatis dan instan dalam membesarkan nama.

Melalui buku ini diceritakan bagaimana pada masa awal berdirinya Universitas Jayabaya ini sesungguhnya sangat minim modal. Tak punya tempat, mereka memutuskan menyewa. Tak ada listrik, mereka berbekal penerangan lilin seadanya. Tak mampu membayar tenaga administrasi, mereka mampu mengerjakan sendiri urusan administrasi di atas becak dalam perjalanan pulang. Mereka bahkan harus menyapu dan mengepel sendiri ruang belajar-mengajar.

Singkatnya, Moeslim-Yuyun melakukan apa saja yang dianggap perlu agar kegiatan belajar mengajar di Universitas Jayabaya tetap berjalan. Keikhlasan dan kebulatan tekad itulah yang kemudian mampu membesarkan Universitas Jayabaya dalam melewati rintangan demi rintangan dari masa ke masa.

Lalu mengapa judul bukunya dipilih Hidup Berakal, Mati Beriman? Kang Ikur menjawab,''Itu adalah filosofi hidup yang saya dapatkan dari ayah. Ia adalah seorang ayah sekaligus sahabat yang selalu menanamkan 'nilai' bagi anak-anaknya. Itulah yang saya tangkap dan kemudian saya pilih menjadi judul buku ini.

Kang Ikur mengatakan hasil penjualan buku ini nantinya didonasikan seluruh dananya untuk membantu program beasiswa kepada anak-anak tidak mampu. Bahkan pada acara peluncuran buku di kampus A yang digelar Minggu (23 Juni 2013) digelar acara lelang buku.

''Semua dana tersebut disumbangkan untuk program beasiswa anak-anak tidak mampu,'' selorohnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat