androidvodic.com

Kenali Perilaku FOMO dan Cara Mengantisipasinya - News

Laporan Wartawan News, Aisyah Nursyamsi

News, JAKARTA - Membatasi penggunaan media sosial pada smartphone sesunggunya memberi banyak manfaat bagi kesehatan jiwa penggunanya, termasuk pula  menekan paparan dampak-dampak negatif pada anak.

Selain itu ada efek lain yang disebabkan karena membatasi penggunaan gawai. 

Psikolog Klinis Dra Astrid Regina Sapile mengatakan, pembatasan penggunaan smartphone juga mencegah dari risiko terkena sindrom Fears of Missing Out (FOMO).

FOMO, kata Astrid merupakan situasi orang yang merasa akan ketinggalan kabar terbaru jika tidak mengikuti media sosial

Konten media sosial yang tidak diperlukan seperti pornografi, kekerasan atau pun hal radikal tidak apa apa. Menurut Astrid ini masalah pilihan. 

Namun pada informasi lain, kebanyakan orang takut tidak bisa bergabung dengan media sosial. Karena nantinya tidak bisa mengobrol dengan orang lain karena ketinggalan isu.

Baca juga: Jebakan FOMO Melanda Milenial yang Berinvestasi Crypto

"Jadi tidak mengerti isu terbaru. Ketakutan tidak disebut gaul. Tapi ini kan ketakutan bersifat penilaian orang atau persepsi. Padahal kan sebagian orang bisa baik-baik saja," ungkapnya dalam sebuah video yang diunggah di kanal YouTube Sonora FM, Kamis (26/5/2022).

Menurut Astrid, saat guru memberikan tugas pada anak lewat internet, orangtua perlu melakukan pendampingan. Ketika pekerjaan rumah selesai, akhiri penggunaan gawai.

Baca juga: Apa Itu FOMO? Tanpa Disadari Sering Dialami Anak Muda Zaman Now, lho!

"Jadi mereka hanya merasa jika itu adalah alat yang bantu mereka untuk belajar. Dan baik-baik saja jika tanpa gagdet. Informasi sekarang itu di tangan. Jadi gak perlu nempel ikutin terus, gak perlu," kata Astrid menambahkan.

Jadi ketika informasi dibutuhkan tinggal dicari lewat search engine. Dengan kemampuan tekonologi, setiap orang bis mempunyai informasi. 

Baca juga: FOMO (Fear of Missing Out) Bisa Bikin Stres, Mengapa?

"Maka keharusan untuk selalu mengikuti, tidak bernilai sebetulnya. Tapi kembali lagi ini gaya hidup ya. Semua orang begitu, jadi ngikut. Misalnya sampai latah ikut investasi bodong karena flexing," papar Astrid lagi. 

Dia menyarankan agar membiasakan diri untuk tidak menelan bulat-bulat informasi. Harus ada filter yang menyaring informasi masuk, sehingga tidak mudah terbawa, karena yang bisa membatasi hanya diri sendiri. 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat