androidvodic.com

Kemendikbudristek Nilai Strategi Pemajuan Kebudayaan Harus jadi Tema Debat Capres - News

Laporan wartawan News, Fahdi Fahlevi

News, JAKARTA -  Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid, mengatakan calon presiden dan wakil presiden perlu memerhatikan pentingnya kebudayaan dalam strategi pembangunan nasional.

Menurut Hilmar, hal inI termasuk alokasi anggaran memadai, integrasi kebudayaan dalam pendidikan, pengembangan ekonomi kreatif berbasis kebudayaan, dan pemanfaatan platform media berbasis digital untuk memperkuat diplomasi budaya.

"Strategi pemajuan kebudayaan harus menjadi prioritas dalam agenda pembangunan nasional, termasuk dalam diskusi dan debat politik, khususnya menjelang pemilihan presiden dan wakil presiden," ujar Hilmar melalui keterangan tertulis, Rabu (20/12/2023).

Kebudayaan, kata Hilmar, harus menjadi salah satu pilar dalam visi pembangunan Indonesia yang berkelanjutan.

Isu pemajuan kebudayaan harus mendapatkan tempat yang signifikan dalam debat dan kampanye program capres dan cawapres.

"Pemajuan kebudayaan merupakan hal yang penting dan strategis bagi sebuah bangsa, terutama bagi Indonesia yang memiliki keanekaragaman budaya yang luas dan berakar," kata Hilmar.

"Kebudayaan tidak hanya berfungsi sebagai cerminan nilai, sejarah, dan identitas bangsa, tetapi juga sebagai alat penting dalam berbagai aspek pembangunan nasional dan memperkuat diplomasi kita di panggung internasional,” tambah Hilmar.

Baca juga: Persiapan Gibran Debat Cawapres: Diskusi dengan Banyak Pihak, Gandeng Pakar untuk Susun Program

Hilmar mengatakan peran dan pengaruh Indonesia di kancah ekonomi dunia akan semakin besar dengan pemahaman dan strategi kebudayaan yang tepat oleh Presiden dan Wakil Presiden RI mendatang.

Dirinya menilai Indonesia ke depan tidak hanya mempertahankan identitas nasional dan nilai-nilai historisnya tetapi juga meningkatkan potensi ekonominya dan memperkuat pengaruhnya di dunia.

Operasi kebudayaan dari Korea Selatan (Hallyu), kata Hilmar, adalah kebudayaan yang didesain dengan rapi, melalui proses perencanaan yang panjang dan matang sebagai simbol identitas Korea Selatan di seluruh dunia.

"Tidak hanya semata menjadi sebuah diplomasi kebudayaan belaka, tapi benar-benar telah menunjukkan kepada dunia bagaimana kebudayaan Korea dikonsumsi oleh hampir setengah populasi manusia di belahan dunia lainnya. Tentu kita tidak bisa menafikan pula berapa potensi ekonomi yang bisa dihitung darinya," pungkas Hilmar. 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat