androidvodic.com

Prabowo Unggul Quick Count, Mardiono Singgung Ada Capres Sampai Sujud pada Pilpres 2019 Tapi Kalah - News

Laporan Wartawan News Rahmat W Nugraha 

News, JAKARTA - Pelaksana tugas (Plt) Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Mardiono menyinggung adanya calon presiden (capres) sampai sujud syukur saat merespons hasil hitung cepat atau quick count perolehan suara pada Pilpres 2019 lalu. 

Namun, pada ujungnya, capres tersebut justru mengalami kekalahan.

Dan diduga kuat sosok capres yang dimaksud oleh Mardiono adalah Prabowo Subianto.

Hal itu disampaikan Mardiono merespon hasil hitung cepat Pilpres 2024 di Posko Pemenangan Ganjar-Mahfud, Jakarta Pusat, Rabu (14/2/2024).

Diketahui, hasil hitung cepat Pilpres 2024 dari beberapa lembaga survei menempatkan pasangan capres-cawapres Prabowo-Gibran unggul di atas 55 persen suara nasional.

Mulanya Mardiono mengungkapkan, demokrasi Indonesia. Landasannya konstitusi dan sebagai benteng konstitusi adalah hukum.

"Jadi, kita tidak mau menggunakan perang opini atau pembentukan opini di tengah-tengah publik. Karena kita juga punya pengalaman dari mulai pemilu tahun 2014 dan 2019," kata Mardiono.

Pelaksana tugas (Plt) Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Mardiono merespon hasil hitung cepat Pilpres 2024 di Posko Pemenangan Ganjar-Mahfud, Jakarta Pusat, Rabu (14/2/2024).
Pelaksana tugas (Plt) Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Mardiono merespon hasil hitung cepat Pilpres 2024 di Posko Pemenangan Ganjar-Mahfud, Jakarta Pusat, Rabu (14/2/2024). (News/Rahmat Fajar Nugraha)

Ia lalu melanjutkan bagaimana ada pasangan yang melakukan sujud syukur dan syukuran. Menyatakan kemenangannya kemudian ternyata pada akhirnya kalah.

"Ini jangan sampai nanti kita kemudian membuat rakyat kita yang sedang melakukan pesta demokrasi itu. Kemudian dicederai oleh kecemasan," kata Mardiono.

Baca juga: Quick Count Pilpres 2024 dari 6 Lembaga Jam 18.25 WIB: Prabowo-Gibran Unggul, Anies-Muhaimin Kedua

Jadi, menurutnya, biarlah pesta demokrasi itu dinikmati oleh rakyat secara natural. Rakyat yang sedang berdaulat menggunakan senjata kekuasaannya setiap lima tahun betul-betul bisa dinikmati.

"Biarlah rakyat yang berdaulat untuk menjalankan demokrasi ini. Karena rakyatlah yang pegang hak kedaulatan itu," tegasnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat