androidvodic.com

Benget Diduga Puas saat Mendominasi Korbannya - News

Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Budi Sam Law Malau

News, JAKARTA - Benget Situmorang (35), tersangka pemutilasi pasangan kumpul kebonya selama delapan tahun, Darna Sri Astuti (32) alias Tuti, mengaku menyiksa Tuti selama empat hari, sebelum akhirnya memutilasi.

Penyiksaan yang dilakukan Benget selama empat hari terbilang sadis, karena penyiksaan sangat fokus pada kemaluan korban, dengan memasukkan tangan serta botol air mineral 600 mililiter, yang diisi air panas.

Akibatnya, kemaluan Tuti sempat mengalami pendarahan dua kali, sebelum akhirnya tewas, lalu Benget memutilasinya.

Menilik fakta ini, Ahli Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel menilai, sangat mungkin Benget melakukan aksinya karena motif kekuasaan. Benget diduga mengalami kepuasan saat mendominasi korbannya, alias dapat berkuasa atas korban dan mengontrol perilaku korban secara penuh.

"Ini sangat mungkin, jika melihat fakta-fakta penyiksaan yang dilakukan pelaku," kata Reza kepada Wartakotalive.com (News Network), Selasa (12/3/2013).

Menurut Dosen Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, motif dominasi adalah tujuan utama tersangka, karena di sanalah kepuasan didapatkan.

Reza memaparkan, motif dominasi atas korban terjadi pada banyak kasus pemerkosaan di Indonesia. Menurutnya, kepuasan utama yang diinginkan pelaku sebenarnya bukanlah orgasme.

"Si pemerkosa akhirnya orgasme, itu benar. Namun, kepuasan utamanya adalah saat ia dapat berkuasa atas si korban, dan mengontrol perilaku korban secara penuh. Ini juga mungkin terjadi pada aksi mutilasi ini," papar Reza.

Reza menjelaskan, pada kasus mutilasi yang dilakukan Benget, aksi pelaku adalah negligence murder, dan bukan intentional murder.

"Memutilasi pun, denga demikian, punya motif instrumental," ucap Reza.

Negligence murder adalah kondisi di mana pelaku melakukan serangkaian aksi tertentu yang berefek menyakiti, namun tidak ada niat untuk membunuh korban.

Namun, aksi menjadi kebablasan, sehingga korban terbunuh. Sementara, pada intentional murder, sejak awal pelaku memiliki niat menghabisi korban.

"Untuk kasus mutilasi ini, saya lebih cenderung pada negligence murder dibanding intentional murder," tutur Reza.

Saat mengetahui korban tewas, menurut Reza, maka timbul lah niat pelaku memutilasinya, untuk lebih mudah membuang jenazah dan menghilangkan jejak. (*)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat