androidvodic.com

Hilangkan Trauma Korban Gedung BEI, Dokter Jiwa Gunakan Pendekatan Ini - News

News, JAKARTA-- Dokter jiwa Letkol dr.Rudyhard Hutagalung, SPKJ, RSAL Mintohardjo, menyatakan keseluruhan korban yang dirawat pihaknya mengalami gangguan penyesuaian.

Rudyhard mengatakan, gangguan penyesuaian merupakan gangguan trauma, yang tidak biasa mereka alami.

Lanjut Rudy, mendengar sesuatu yang keras lalu jatuh, biasanya hanya kaget, kini korban cenderung langsung cemas dan berlebihan.

Baca: Elit Hanura: Pak Wiranto Harus Bersikap Tegas Tidak Abu-abu

"Ya mereka (korban) terjadi gangguan penyesuaianlah. Jadi ada suatu trauma ya, nggak biasanya terjadi pada mereka itu saja," ujar Rudi yang ditemui, di ruang Tarempa, RSAL Mintohardjo, Jakarta Pusat, Rabu (17/1/2018).

Sehingga ujar Rudyhard, pemulihan rasa percaya diri korban, disesuaikan pada kemampuan masing-masing individu.

"Nanti tergantung individu kemampuan beradaptasi terhadap hal itu. Jadi nanti mulai beradaptasi lah dalam 3-4 minggu ini, sebulan ini, dua bulan ini. Jadi saya nggak kasih obat, jadi hanya Psychotherapy," ujar Rudyhard.

Ia menjelaskan secara keseluruhan atau pada 10 korban yang sempat dirawat dan telah dipulangkan hari ini, kondisi trauma yang dialami bersifat ringan.

Baca: Usai Diperiksa KPK, Chairuman Harahap Tetap Bantah Terima Uang E-KTP

"(Gak berat) ringan-ringan, tersenyum, tertawa. Yang saya wawancarai tidak ada yang menangis . Secara keseluruhan ringan. Mereka (korban) bisa tersenyum kan liat reaksi dari istilahnya kami bilang itu affect nya, atau moodnya," ujar Rudy.

Ia pun memberikan bimbingan konsuling pada pihak keluarga korban, saat korban tiba bersama keluarga di rumah.

"Saya juga sudah berikan edukasi pada keluarganya
Kalau pulang jangan datang saudara-saudara gimana kamu (pas kejadian), gak perlu.Biar tenang dulu, ajak rekreasi," ungkapnya.

Sedangkan, untuk 5 korban yang mengalami luka cukup serius dan 2 korban dalam proses tindakan lanjutan, dikatakan Rudyhard, akan terus memantau kondisi kejiwaannya.

"Ya jelas berbeda, tapi kami support. Misalkan (korban membayangkan) bagaimana nanti kuliah, menulis, pakai tongkat. Psikiaternya kami bilang mesti percaya, membangun kepercayaan diri pada rumah sakit dan keluarga. Itu yang kita bangun," sambung Rudy.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat