androidvodic.com

Anggota Komisi I DPR Minta Pesawat Tua TNI Dimuseumkan - News

News, JAKARTA - Anggota Komisi I DPR Syaifullah Tamliha meminta TNI tidak lagi memaksakan operasional pesawat tua seperti Hercules.

Tamliha menyatakan hal itu terkait musibah pesawat Hercules di Wamena, Papua.

"Hercules pabriknya pun sudah tutup. sehingga spare part untuk perbaikan-perbaikan pesawat yang semestinya sudah diganti itu tidak lagi menggunakan kualitas nomor 1,2, atau 3," kata Tamliha di Gedung DPR, Jakarta, Senin (19/12/2016).

Tamliha berharap pesawat-pesawat milik TNI yang pabriknya telah tutup tidak digunakan lagi.

Pesawat tersebut lebih baik dikandangkan di hanggar pesawat.

"Untuk dijadikan sejenis museum untuk generasi muda bahwa kita punya pesawat itu. gugurnya prajurit-prajurit itu kan artinya kita kehilangan SDM yang handal dan itu tidak terhitung nilainya," kata Tamliha.

Politikus PPP itu juga mendesak komitmen Presiden Jokowi UU RPJM 2015-2020 itu sebaiknya diwujudkan yaitu 1,5 persen dari PDB. Jika PDB Rp12.000 triliun sampai Rp13.000 triliun maka anggaran TNI minimal 180 triliun.

"Kita lihat anggaran sampai 2017 saja masih kurang lebih Rp100 triliun. Jauh dari harapan. Oleh karena itu, Komitmen Nawacita maupun yang tertuang dalam UU RPJM sebaiknya diwujudkan dlm anggaran 2017," kata Tamliha.

Tamliha menjelaskan APBN 2017 untuk TNI sekitar Rp 80 triliun. Kemudian anggaran itu dibagi untuk Mabes TNI, Angkatan Laut, Angkatan Darat dan Angkatan Udara. Sehingga, anggaran setiap unit hanya Rp20triliun.

"Jauh bedanya dengan kepolisian yang anggarannya di atas Rp67 triliun. Oleh karena itu, tidak ada jalan lain kecuali pemerintah dalam hal ini presiden menganggarkan sesuai nawacita dan RPJM," kata Tamliha.

Tamliha mengatakan Komisi I DPR berkomitmen dengan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo serta Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu agar tidak menerima hibah pesawat. Contohnya, hibah pesawat F-16.

"Itu kan barang rongsokan kemudian kita kanibal di sini. sementara kita ongkos kirim sebagainya kan menggunakan valuta asing dengan biaya yang sangat tinggi. buktinya kan berjatuhan juga. Oleh karena itu, hibah-hibah yang terutama pabriknya di Amerika atau Eropa sudah tutup dihentikan saja pembeliannya," kata Tamliha.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat